news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Peternak Desak Pemerintah Turunkan Harga Jagung Agar Tak Rugi Jual Telur Ayam

25 Desember 2021 15:38 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang telur ayam di Pasar Jaya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (24/12). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang telur ayam di Pasar Jaya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (24/12). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga telur ayam di pasar tradisional meningkat tajam menjelang Natal dan tahun baru (Nataru). Kondisi ini imbas dari minimnya pasokan di hulu setelah kondisi anjloknya harga telur ayam beberapa bulan yang lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam kurun waktu September-Oktober 2021, harga telur ayam anjlok di kisaran Rp 14.000-Rp 15.000 per kilogram (kg). Saat ini, harga telur ayam sudah menembus angka Rp 30.000-Rp 31.000 per kg.
"Sebetulnya harga (telur ayam) sudah hampir setahun di bawah harga pokok produksi (HPP). HPP dikeluarkan oleh pemerintah. Tapi pemerintah abai kalau harga di bawah HPP. Waktu itu kita butuh solusi," ujar Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional, Musbar Mesdi, kepada kumparan, Sabtu (25/12).
Menurut Musbar, kenaikan harga telur ayam saat ini sangat berkaitan dengan anjloknya harga telur ayam disebabkan penerapan PPKM level 3-4. Hal tersebut berimbas kepada turunnya permintaan telur untuk hotel dan restoran.
Sementara biaya produksi saat itu mencapai Rp 24.000 per kg. Sehingga, kerugian peternak mencapai Rp 9.000-Rp 10.000 per kg. Biaya produksi tersebut sebesar 70 persen merupakan biaya pakan ayam yang terdiri dari jagung.
ADVERTISEMENT
"Harga jagung harus turun, masih Rp 6.000 saat ini. Padahal komponen biaya pakan itu 70 persen dari biaya produksi semua. Harga pakan ayam menyentuh hampir Rp 7.000, kalau dikalikan konstanta 3,5 jadi hampir Rp 24.000," jelas Musbar.
Dia menilai, pemerintah seharusnya bisa intervensi untuk mengurangi harga jagung di kisaran Rp 5.000-Rp 5.500 per kilogram. Hal tersebut bisa mengoreksi harga pakan yang dikeluarkan peternak ketika permintaan telur semakin pulih setelah PPKM dilonggarkan.
"Jagung itu pemakaiannya 50 persen dalam pakan ayam petelur. Kalau harganya bisa disetel di Rp 5.000 itu bisa membantu peternak, itu saja dulu," lanjut dia.
Musbar mengungkapkan, sampai saat ini belum ada kepastian pemerintah untuk mengamankan stok jagung di Bulog. Selain itu, pemerintah belum ada inisiatif untuk melakukan operasi pasar ketika harga jagung tinggi.
ADVERTISEMENT
"Padahal kalau melihat UU No 18/2012 jagung itu adalah bahan pokok penting strategis. Seharusnya ada operasi pasar untuk jagung, dengan harga Rp 5.000-Rp 5.500 akan sangat membantu peternak secara keseluruhan," imbuhnya.

Penyebab Tingginya Harga Telur Ayam Jelang Nataru

Adapun penyebab dari kurangnya pasokan telur ayam di tingkat peternak saat ini, Musbar menjelaskan hal itu karena para peternak terpaksa menjual atau mengafkir (pangkas stok) ayam petelurnya. Dia berkata, sebanyak 40 persen ayam petelur saat itu diafkir agar peternak bisa memangkas biaya produksi karena anjloknya harga telur di pasaran.
Peternak mengobral ayam layer produktif bertelur di pinggir jalan Kelurahan Ketami, Kota Kediri, Jawa Timur, Minggu (3/10/2021). Foto: Prasetia Fauzani/Antara Foto
"Begitu PPKM level 3-4 dilepaskan, otomatis aktivitas bergerak kembali. Serapan di pasar mulai meningkat mendekati tahun baru. Pada saat serapan naik, supply kurang karena ayam diafkir 40 persen. Pemulihan populasi ini sesudah diafkir 40 persen butuh waktu 4-5 bulan ke depan," jelas Musbar.
ADVERTISEMENT
Tidak seimbangnya pasokan dan permintaan tersebut membuat harga telur ayam melonjak drastis. Menurut perhitungan Musbar, HPP di tingkat peternak sebesar Rp 24.500 per kg. Lalu ditambah margin pedagang dan pengangkutan sebesar Rp 6.800 per kg. Sehingga, harga level konsumen saat ini mencapai Rp 31.000-32.000 per kg.
Kendati demikian, Musbar yakin kondisi ini akan kembali normal di Januari 2022. Hal tersebut berkaitan dengan income per kapita masyarakat yang memengaruhi daya beli pangan. Jika perekonomian mulai pulih, maka masyarakat bisa meningkatkan konsumsinya.