Petronas Soroti Ketimpangan Industri Hulu Migas RI: Lebih Masif di Wilayah Barat

27 Juli 2023 13:49 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
POD Pertama Lapangan Hidayah di Blok Migas North Madura II yang dikelola Petronas Carigali North Madura II. Foto: Dok. SKK Migas
zoom-in-whitePerbesar
POD Pertama Lapangan Hidayah di Blok Migas North Madura II yang dikelola Petronas Carigali North Madura II. Foto: Dok. SKK Migas
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan migas asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad (Petronas), menyoroti pengembangan industri hulu migas Indonesia yang timpang di kawasan Barat dan Timur. Menurutnya, eksplorasi migas terpusat hanya di Indonesia Barat.
ADVERTISEMENT
President Director Petronas Indonesia, Yuzaini Md Yusof, menjelaskan mayoritas pengeboran sumur eksplorasi terjadi di sisi Barat Indonesia. Namun, jika dibandingkan volume penemuan cadangan migas masih lebih besar di Indonesia Timur.
"Indonesia bagian timur masih memiliki total volume penemuan per sumur yang lebih besar. Jadi rata-rata, kalau dibandingkan jumlah sumur, di Indonesia bagian timur lebih sedikit, tapi volume yang ditemukan lebih banyak," jelasnya saat IPA Convex ke-47, Kamis (27/7).
Yuzaini menuturkan, selama 10 tahun terakhir, penemuan besar dengan sumber daya sekitar di atas 100 juta barel setara minyak (mmboe) di Indonesia didominasi oleh gas dan sebagian besar ditemukan di Indonesia bagian timur. Sementara di wilayah barat sekitar 35 mmboe.
Menurutnya, eksplorasi di kawasan Indonesia bagian timur memiliki risiko tinggi namun perlu inisiatif dan dukungan lebih untuk bisa menggenjot eksplorasinya. Tantangan eksplorasi di kawasan tersebut meliputi dari sisi geologis yang kompleks, berbeda dari Indonesia bagian barat.
ADVERTISEMENT
"Penuh dengan sumber daya alam dalam hal kehutanan dan pantai yang bagus dan semuanya masih belum dijelajahi, sangat sulit bagi kami untuk melakukan pekerjaan di sana. Tentu saja, tantangan operasional dan juga biaya," jelas Yuzaini.
Ilustrasi SPBU Petronas. Foto: Bazuki Muhammad/Reuters
Dia melanjutkan, tantangan selanjutnya dari ketersediaan infrastruktur dan akses menuju pasar terutama untuk mendukung distribusi gas. Kondisinya jauh berbeda dari Indonesia bagian barat yang memiliki infrastruktur pipa gas yang sudah terbangun dengan baik.
"Indonesia bagian barat memiliki infrastruktur yang mapan, di mana kami memiliki jaringan pipa yang terhubung ke Singapura, lalu dari Jawa Timur ke Jawa Barat, dan ada rencana pemerintah menghubungkan antara Jawa Timur dan Jawa Barat, dan juga akhirnya ke Sumatera Utara," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Sedangkan di Indonesia bagian timur masih minim infrastruktur yang hanya terkoneksi dengan kilang LNG yang sudah ada atau pasar domestik dan pasar di sana dinilai masih sangat rendah, tidak ada industri besar. Ini jauh lebih menantang bagi kita semua," imbuh Yuzaini.
Meski demikian, Yuzaini memastikan para pelaku industri migas siap memberikan solusi bagi ketimpangan pengembangan hulu migas di Indonesia ini. Salah satunya melalui White Paper, dokumen yang berisi rekomendasi pengusaha yang diciptakan di IPA Convex ke-47.
"Semua kontraktor PSC bersama dengan pemerintah dan otoritas tuan rumah kita berdiskusi tentang bagaimana kita dapat terus mencari solusi untuk menyelesaikan masalah ini, pada daerah yang sangat kurang dieksplorasi di Indonesia timur," kata dia.
ADVERTISEMENT