PLN Bangun Tower Listrik Permanen di NTT Usai Badai, Pastikan Tak Mudah Roboh

10 Mei 2021 16:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua srikandi PLN ikut pulihkan listrik NTT. Foto: PLN
zoom-in-whitePerbesar
Dua srikandi PLN ikut pulihkan listrik NTT. Foto: PLN
ADVERTISEMENT
Usai menyalakan listrik di Nusa Tenggara Timur (NTT) 100 persen, PT PLN (Persero) akan membangun tower listrik permanen. Perusahaan memastikan bangunan dilakukan di atas tanah yang stabil agar tower kokoh, tidak gampang roboh jika kembali diterjang badai.
ADVERTISEMENT
Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara PLN Syamsul Huda mengatakan ada dua tower permanen yang dibangun. Satu tower di titik 19 yang benar-benar roboh, sedangkan satu tower lagi di titik 20 yang miring usai dihantam badai seroja bulan lalu sehingga tidak bisa dipakai lagi.
"Kami harus memperhitungkan kondisi tanah dengan konstruksi yang dibutuhkan, sehingga nanti ketika dibangun setelah jadi tower benar-benar kokoh, tidak gampang roboh kalau diterjang hujan angin," katanya dalam konferensi pers Pemulihan Sistem Kelistrikan Terdampak Badai Siklon Tropis Seroja di NTT secara virtual, Senin (10/5).
Huda menyebut pembangunan tower membutuhkan waktu tiga bulan. Pihaknya membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak agar tower ini cepat dibangun. Dia belum bisa menyebutkan biaya pembangunan dua tower ini.
Dua srikandi PLN ikut pulihkan listrik NTT. Foto: PLN
Sementara tower permanen yang rusak sedang dibangun, PLN berhasil membangun tower darurat (emergency) untuk menopang kelistrikan NTT.
ADVERTISEMENT
Tower ini dibangun tidak lama setelah badai seroja pergi dari NTT. Huda menuturkan pembangunan tower darurat lebih cepat dari target semula sebulan, ternyata hanya butuh waktu sepuluh hari.
Pada Minggu (9/5), PLN berhasil menyalakan gardu terakhir di Raijua. Total ada 4.002 gardu terdampak yang kini sudah normal lagi. Saat ini kondisi kelistrikan di NTT tercatat memiliki daya mampu sebesar 333,8 mega watt (MW) dengan beban puncak 216 MW.
"Sehingga pada hari ini, 10 Mei 2021 pukul 12.00 WITA kelistrikan di NTT telah nyala semua," katanya.
Pulau Raijua menjadi lokasi terakhir yang berhasil dipulihkan. Kondisi geografis Pulau Raijua hanya dapat dijangkau dengan kapal kayu nelayan atau kapal cepat. Dari Kupang perjalanan laut dilakukan ke Pulau Sabu dengan waktu tempuh 10 jam.
ADVERTISEMENT
Perjalanan kemudian dilanjutkan dari Pulau Sabu ke Pulau Raijua dengan waktu tempuh 2 jam dengan ganasnya Laut Sawu. Namun hal itu, menurut Huda, tidak menghalangi petugas PLN bekerja keras memulihkan seluruh gardu terdampak bencana.