PLN Kepincut Pembangkit Tenaga Radiasi Matahari yang Jadi Juara di Lomba Shell
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
SVP Engineering dan Teknologi PLN Zainal Arifin mengatakan pihaknya kemungkinan akan berkoordinasi dengan Shell untuk mengembangkan prototipe pembangkit listrik tenaga radiasi matahari agar bisa digunakan dalam skala yang lebih luas.
"Yang kami lakukan mungkin akan koordinasi dengan Shell apakah nanti bisa kita kembangkan dengan melibatkan resource di PLN, ada refunding, ada tenaga ahli, sampai Schotkky ini kita scale up. Bukan hanya dalam prototipe, tapi kita dalam tahap awal akan install itu. Misal dalam satu case tertentu, tentu akan kita amati," kata Zainal saat ditemui di Sirkuit Mandalika, Jumat (14/10).
Setelah pada tahap awal itu, PLN akan melihat apakah teknologi tersebut bisa dikembangkan lebih jauh untuk digunakan dalam skala besar. Zainal mengatakan apabila alat tersebut bisa digunakan secara luas akan sangat membantu masyarakat di daerah 3T, terlebih material yang digunakan adalah material yang banyak dan mudah dijumpai.
ADVERTISEMENT
"Kami akan koordinasi dengan Shell kalau memang diizinkan kami hubungi inovatornya. Kita akan bantu untuk testing dalam skala yang lebih besar. Taruh lah di beberapa penduduk misal pulau Nias atau NTB. Jadi kita siapkan dananya, kita siapkan orang-orangnya," kata Zainal.
Terlebih, Zainal mengatakan bahwa kompetisi yang digelar Shell ini bisa menjaring talenta-talenta muda yang memiliki potensi. "Istilahnya, saya sedang belanja talent di kegiatan ini," tutur Zainal.
Pembangkit Listrik Tenaga Radiasi Matahari
Pembuat pembangkit listrik tenaga radiasi matahari di kompetisi yang digelar Shell, Agus Nurbilah, menjelaskan alatnya ini berbasis termo elektrik generator, di mana pancaran sinar matahari bisa diterima oleh seng atap rumah yang telah dicat dengan cat berbahan dari salah satu kandungan di dalam aki bekas dan sintesis oksida grafena tereduksi (rGO).
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, eksitasi dari sinar matahari akan menimbulkan perbedaan suhu di antara hot dan cold side pada termo elektrik generator. Dari perbedaan suhu antara hot dan cold side akan menghasilkan tegangan listrik yang kemudian disimpan di dalam baterai, lalu bisa digunakan untuk pasokan energi listrik di rumah.
"Proyek ini saya tujukan untuk daerah 3T atau masyarakat ekonomi ke bawah. Jadi dengan adanya atap elektrik ini bisa digunakan masyarakat ekonomi menengah ke bawah, karena memang panel surya harganya lebih mahal," ujar Nurbillah.
Nurbillah menjelaskan daya yang dihasilkan alatnya tersebut sebesar 2,3 watt. Namun apabila dikembangkan lebih besar, dia mengatakan alatnya itu bisa memberikan penerangan rumah hingga 8 jam penuh. Untuk itu, dia berharap ada pihak yang membantu untuk mengembangkan prototipenya tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saya harap dari pihak pemerintah atau swasta bisa tertarik menggaet teknologi saya supaya manfaatnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat banyak khususnya daerah 3T," ungkap Nurbillah.