PLN Luncurkan Sertifikat Energi Terbarukan untuk Komersial hingga Rumah Tangga

2 November 2020 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT PLN (Persero), Zulkifli Zaini (tengah) memberikan pers di Kementerisn BUMN, Jakarta, Senin (23/12).  Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT PLN (Persero), Zulkifli Zaini (tengah) memberikan pers di Kementerisn BUMN, Jakarta, Senin (23/12). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
PT PLN (Persero) meluncurkan layanan Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) ke pelanggan. Pihak yang bisa mendapatkan sertifikat ini mulai dari pelanggan komersial seperti perusahaan hingga rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, mengatakan REC diberikan bagi pelanggan yang menginginkan pengakuan atas penggunaan listrik dari sumber energi terbarukan.
Bagi para pelanggan, REC dapat menjadi salah satu instrumen pengadaan untuk memenuhi target penggunaan energi terbarukan yang transparan.
"Kami menyadari di era global saat ini, semakin banyak pengusaha yang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan, ingin berpartisipasi sebagai pengguna listrik dari EBT. Memahami itu, PLN hadirkan layanan REC bagi konsumen listrik bagi pelanggan atau bukan pelanggan PLN," dalam peluncuran program konversi PLTD ke pembangkit EBT dan layanan REC secara virtual, Senin (2/11).
Menurut dia, sertifikat yang dikeluarkan ini mempunyai standar internasional. Jadi, pelanggan bisa mengeklaim kontribusinya dalam menjaga kelestarian lingkungan secara luas. Dia juga menjamin sertifikat ini diterbitkan secara valid dan transparan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari PLN, pada 2019 sektor komersial dan industri mengkonsumsi 52 persen listrik yang diproduksi. Di sisi lain, beberapa pelaku di sektor tersebut memiliki permintaan yang semakin tinggi untuk energi terbarukan, sampai dengan 100 persen energi terbarukan.
REC merupakan instrumen berbasis pasar yang menyatakan bahwa pemegang sertifikat menggunakan satu MWh (megawatt jam) listrik dari sumber-sumber energi terbarukan.
Pada tahap awal, PLN telah mendaftarkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang dengan kapasitas 140 MW dan berpotensi dapat menghasilkan REC sebanyak 993.000 per tahun.
"Penerbitan REC diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pembangkit EBT untuk memenuhi target bauran nasional sebesar 23 persen pada tahun 2025, serta sebagai tanggung jawab PLN untuk menyediakan listrik bagi generasi saat ini dan mendatang. Komitmen ini hadir dalam semangat yang kami sebut sebagai Power Beyond Generations," tutur Zulkifli.
ADVERTISEMENT
PLN percaya REC akan memenuhi kebutuhan dari sektor komersial dan industri. Salah satu dasarnya adalah munculnya inisiatif seperti RE100, yang beranggotakan lebih dari 250 perusahaan global.
Mereka memiliki pabrik dan mitra rantai pasokan mereka di Indonesia dan berkomitmen untuk menggunakan 100 persen energi terbarukan dalam beberapa tahun ke depan.
Energi Baru Terbarukan di Pantai Baru, Bantul Foto: Resya Firmansyah/ kumparan
Untuk memastikan produk REC mengikuti standar internasional dan bermutu tinggi, PLN bekerja sama dengan beberapa mitra, termasuk dengan penyedia sistem pelacakan (tracking system) dengan standar internasional, APX Inc.
Selain itu PLN juga bekerja sama dengan Clean Energy Investment Accelerator (CEIA). Lembaga ini suatu kemitraan inovatif publik-privat yang mempercepat transisi menuju energi bersih melalui penciptaan permintaan akan energi bersih dari sektor komersial dan industri, pembukaan akses terhadap pembiayaan energi bersih, serta bekerja dengan pemerintah untuk memperkuat kebijakan yang dapat meningkatkan investasi dan ketersediaan energi bersih.
ADVERTISEMENT
Princeton Digital Group merupakan pembeli pertama REC ini. Indonesia Managing Director Princeton Stephanus Tumbelaka mengatakan, sebagai pelaku usaha, pihaknya berkomitmen menggunakan energi terbarukan. Menurutnya, produk REC dari PLN merupakan ini langkah positif yang perlu didukung bersama oleh seluruh pihak.
"Dengan begitu diharapkan bisa menciptakan sinergi positif antara dunia usaha dan upaya-upaya berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dengan cara yang lebih hijau," ujar Stephanus.