Polemik Utang Rp 6.000 T dan Kemampuan Pemerintah Membayarnya

26 Februari 2021 10:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi  dolar Amerika Serikat (AS). Foto:  ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Total utang pemerintah tembus Rp 6.000 triliun per akhir tahun lalu, tepatnya Rp 6.074,56 triliun. Utang tersebut naik Rp 1.296 triliun dibandingkan akhir 2019 yang sebesar Rp 4.778 triliun.
ADVERTISEMENT
Adapun rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 38,68 persen. Posisi rasio utang ini jauh lebih besar dari akhir 2019 yang hanya 29,8 persen terhadap PDB.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai utang pemerintah, berikut kumparan rangkum mengenai polemik utang dan kemampuan pemerintah membayar:

Imbas Pandemi COVID-19

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan salah satu penggunaan utang yang cukup besar adalah untuk membiayai penanganan dampak pandemi COVID-19.
“Secara nominal, posisi utang pemerintah pusat mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, hal ini disebabkan oleh pelemahan ekonomi akibat COVID-19 serta peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk menangani masalah kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional,” tulis Sri Mulyani seperti dikutip dari laporan APBN KiTA Januari 2021.
Menteri Keuangan Sri Mulyani berbicara di depan Presiden dan Wakil Presiden Foto: Instagram @smindrawati

Pemerintah Mampu Bayar

Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo mengatakan, Indonesia mempunyai kemampuan yang baik dalam membayar utang. Karena menurutnya, rasio pendapatan pajak terhadap utang Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain, termasuk Singapura.
ADVERTISEMENT
Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo mengatakan Indonesia mempunyai kemampuan yang baik dalam membayar utang. Karena menurutnya, rasio pendapatan pajak terhadap utang Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain, termasuk Singapura.
Dalam paparannya, rasio pendapatan pajak terhadap utang Indonesia pada 2018 mencapai 38,32 persen. Posisi itu masih lebih baik dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia yang mencapai 21,83 persen, Singapura 11,93 persen. Bahkan, Thailand mencapai 35,73 persen, Filipina mencapai 36,98 persen dan Brasil mencapai 14,05 persen.

Utang Pemerintah Sudah Warning?

Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira, menilai kenaikan rasio utang terhadap Indonesia sudah menjadi alarm buat pemerintah. Bhima berpendapat, batas aman utang jangan hanya dilihat dari rasio terhadap PDB, perlu dilihat juga indikator lain seperti kemampuan bayar utang atau Debt Service Ratio (DSR).
ADVERTISEMENT
“DSR tier I Indonesia terus naik melebihi 25 persen, padahal negara seperti Filipina cuma 9,7 persen, Thailand 8 persen dan Meksiko 12,3 persen,” kata Bhima saat dihubungi kumparan, Jumat (19/2).
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira. Foto: Jafrianto/kumparan
“Dengan melihat perbandingan DSR maka bisa dikatakan utang sudah jadi beban dan kemampuan bayar berkurang. Ini bisa dikatakan lampu kuning, sudah hampir lampu merah,” tambahnya.
Pengamat pasar modal dan industri keuangan, Profesor Adler H. Manurung, menilai total utang Pemerintahan Jokowi yang bertambah itu masih aman. Sebab, rasionya terhadap produk domestik bruto (PDB) masih di bawah 60 persen seperti yang diperbolehkan dalam Undang-Undang Keuangan Negara.
Dia mengatakan, jika rasio utang terhadap PDB Indonesia baru 30 persen, tidak perlu dikhawatirkan. Karena sejumlah negara besar memiliki rasio utang lebih besar.
ADVERTISEMENT
"Bila rasio ini dibandingkan dengan negara Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara lain maka angka kita jauh lebih rendah. Jadi kita tidak perlu khawatir," kata dia kepada kumparan.
Selain dilihat dari rasio utang terhadap PDB, permasalah utang pemerintah juga perlu diperhatikan dari segi pengusahaan dengan ukuran utang terhadap asset, yang dikenal dengan leverage. Aset pemerintah saat ini dilaporkan lebih dari Rp 10.000 triliun. Jika benar, artinya rasio utang terhadap aset kurang dari 30 persen, sangat kecil.