Populer: Cerita Transformasi Holding PTPN; Utang RI Sudah Sangat Membebani

26 Mei 2022 6:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekonom Senior, Faisal Basri saat ditemui di Tjikini Lima, Selasa (15/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ekonom Senior, Faisal Basri saat ditemui di Tjikini Lima, Selasa (15/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang dulu dililit utang menggunung kini pede bisa untung. Transformasi perusahaan disebut-sebut sebagai jurus BUMN ini keluar dari keterpurukan.
ADVERTISEMENT
Berita tersebut jadi salah satu yang populer di kumparanBisnis pada Rabu (26/5). Kabar lainnya yang ramai dibaca, soal utang Indonesia disebut ekonom Faisal Basri sudah sangat membebani. Berikut rangkumannya:
Siasat Transformasi Holding PTPN
Holding PTPN mulai bernasib mujur. Laba bersih perusahaan meroket 508 persen pada tahun 2021, atau mencapai Rp 4,64 triliun.
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara, Mohammad Abdul Ghani. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani menyebut nasib mujur ini sebagai berkah dari melambungnya harga komoditas sawit. Mulai positifnya kinerja perusahaan pelat merah yang dulu punya utang menggunung, juga berkat transformasi.
Berbagai terobosan dilakukan untuk keluar dari jebakan utang Rp 45 triliun hingga memangkas direksi di 14 anak usaha. Ke depan, Ghani optimistis laba bersih bisa mendekati Rp 5 triliun.
ADVERTISEMENT
Utang Pemerintah RI Dinilai Sudah Sangat Membebani
Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menyebut utang pemerintah Indonesia sudah sangat membebani. Faisal menilai, pada 2014 utang Indonesia hanya Rp 2,62 triliun. Sementara pada tahun 2019, terjadi peningkatan dua kali lipat menjadi Rp 4,792 triliun.
"Jadi, siapa bilang utang Indonesia masih bisa kita anggap enteng? Sudah sangat membebani walaupun pengertian amannya memang kita sangat boleh jadi tidak akan seperti Sri Lanka," ujar Faisal Basri.
Menurut dia, pemerintah saat ini terus membandingkan rasio utang dengan sejumlah negara yang memiliki rasio utang tinggi, seperti Singapura yang memiliki 131 persen dan Amerika Serikat 108 persen. Padahal, kata Faisal, negara-negara tersebut memiliki beban bunga utang yang rendah terhadap belanja pusatnya.
ADVERTISEMENT
Beban bunga utang terhadap belanja pemerintah pusat Jepang hanya 12 persen dan Singapura 0,6 persen. Sedangkan, menurut Bank Dunia, beban bunga utang Indonesia terhadap belanja pemerintah pusat mencapai 14 persen dan di tahun ini diperkirakan beban bunga utang terhadap belanja sudah naik menjadi 21 persen.