Erick Thohir vs Adian Napitupulu

Populer: Jubir Erick Tangkis Adian hingga Garasi Jadi Pabrik Vaksin Corona

25 Juli 2020 7:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto kolase Erick Thohir dan Adian Napitupulu Foto: Helmi Afandi-kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Foto kolase Erick Thohir dan Adian Napitupulu Foto: Helmi Afandi-kumparan
ADVERTISEMENT
Staf Khusus merangkap Juru Bicara Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga, menanggapi berbagai tudingan politikus PDI Perjuangan, Adian Napitupulu, soal pengelolaan BUMN. Keduanya sempat ramai di pemberitaan beberapa hari terakhir.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada juga berita yang tak kalah ramai, soal PT Kalbe Farma Tbk jadi industri farmasi nasional yang tengah bersiap memproduksi vaksin corona. Berikut kumparan merangkum berita populer, Sabtu (25/7):

Jubir Erick ke Adian Napitupulu: Mana Ada Lowongan Kerja Direksi dan Komisaris?

Staf Khusus merangkap Juru Bicara Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga, menanggapi berbagai tudingan politikus PDI Perjuangan, Adian Napitupulu, soal pengelolaan BUMN. Salah satu yang dituding Adian, adalah bahwa semua komisaris BUMN titipan karena tak pernah ada rekrutmen atau pembukaan lowongan kerja.
"Pernyataan Bung Adian ini malah menunjukkan bahwa Bang Adian tidak mengerti budaya korporasi. Dan ini lucu, karena apa? Karena mana ada perusahaan pernah buka lowongan kerja untuk direksi dan komisaris di media-media atau diumumkan secara terbuka," kata Arya melalui pernyataan resmi, Jumat (24/7).
ADVERTISEMENT
Hal ini, lanjut Staf Khusus Erick Thohir itu, sebagai jawaban terhadap Adian yang sebelumnya mengatakan ada lebih dari 5 ribu komisaris titipan di BUMN. "Coba lihat deh. Cek saja, di perusahaan manapun di dunia ini. Gitu. Lucu gitu. Ya ada mungkin satu dua tapi jarang sekali," ujar Arya.
Kepada rekannya yang pernah sama-sama di Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf saat Pilpres 2019 lalu itu, Arya menyatakan bahwa pemilihan direksi dan komisaris BUMN ada prosesnya untuk mencari orang yang tepat, mempunyai kemampuan, dan latar belakang di industri tertentu. Selain itu juga latar belakang di bidang hukum atau finance atau pengelolaan sumber daya manusia.
Staf Khusus Kementerian BUMN, Arya Sinulingga. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan

Jubir Erick Thohir Soal Korupsi di Waskita Karya: Bukan Sesuatu yang Mengejutkan

Kementerian BUMN angkat suara menanggapi ditetapkannya lima mantan pejabat Waskita Karya sebagai tersangka korupsi. Penyidik KPK menemukan bukti permulaan dugaan keterlibatan mereka dalam kasus dugaan korupsi 14 proyek fiktif pada PT Waskita Karya (Persero) periode 2009-2015.
ADVERTISEMENT
Staf Khusus Kementerian BUMN yang juga Juru Bicara Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengatakan, penangkapan tersebut menjadi bukti pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir mengenai adanya praktik korupsi di perusahaan pelat merah.
“Jadi penetapan tersangka ini bukan sesuatu yang mengejutkan kita karena dari proses yang kita lihat memang sudah mengarah ke sana dan kita mendukung, support penuh kepada KPK untuk menuntaskan persoalan ini dan kasus ini,” kata Arya melalui keterangannya, Jumat (24/7).
Arya mengharapkan kasus tersebut bisa menjadi wanti-wanti kepada pejabat BUMN agar serius dalam menjalankan tugas. Ia tidak mau kejadian serupa terulang lagi. Sehingga upaya perubahan perilaku di BUMN dari level atas sampai bawah akan terus dilakukan.
Seperti diketahui lima pejabat dimaksud yaitu Desi Arryani yang saat itu mantan Kepala Divisi III/Sipil/II PT Waskita Karya (Persero) Tbk, Jarot Subana adalah mantan Kepala Bagian Pengendalian pada Divisi III/Sipil/II PT Waskita Karya (Persero) Tbk, dan Fakih Usman adalah mantan Kepala Proyek dan Kepala Bagian Pengendalian pada Divisi III/Sipil/II PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus ini juga, sudah dua orang yang dijerat sebagai tersangka, yakni Fathor Rachman selaku Kepala Divisi II PT Waskita Karya 2011-2013 dan Yuli Ariandi Siregar selaku Kepala Bagian Keuangan dan Risiko Divisi II PT Waskita Karya periode 2010-2014.
Para tersangka dijerat dengan Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP. Kasus ini diduga merugikan negara hingga Rp 200 miliar.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri (tengah) saat konferensi pers terkait korupsi proyek fiktif di PT Waskita Karya (Persero) Tbk di gedung KPK, Jakarta, Kamis (23/7). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO

Kalbe Farma yang Akan Produksi Vaksin Corona, Awalnya Pabrik Salep di Garasi

PT Kalbe Farma Tbk jadi industri farmasi nasional yang tengah bersiap memproduksi vaksin corona. Vaksin yang paling ditunggu masyarakat dunia itu, menjadi harapan untuk mengakhiri pandemi COVID-19. Perusahaan-perusahaan farmasi terkemuka berlomba menemukan dan memproduksinya.
ADVERTISEMENT
Kalbe Farma pun jadi sejajar dengan industri farmasi global seperti Sinovac dari China, GlaxoSmithKline (Inggris), Sanofi (Prancis), dan Merck serta Pfizer (Amerika Serikat). Perusahaan-perusahaan vaksin terkemuka itu langsung mengembangkan riset, sejak virus corona mengepung dunia.
Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius, menyatakan pihaknya semula tak ada rencana untuk memproduksi vaksin. Tapi kebutuhan masyarakat untuk terhindar dari infeksi COVID-19 di Indonesia, membuat Perseroan melakukan perubahan rencana.
“Jadi Kalbe Farma langsung kerja sama dengan pemain luar negeri yang punya teknologi, yakni dengan Genexine dari Korea Selatan. Dan kita lakukan di Indonesia. Risetnya secara internasional, uji klinis dengan menggunakan metode DNA,” kata Vidjongtius dalam webinar Economic Outlook 2020 Maybank, Rabu (22/7).
ADVERTISEMENT
Jika Sinovac asal China menggandeng BUMN Farmasi yakni PT Bio Farma (Persero) untuk uji klinis vaksin corona, Kalbe Farma menggandeng perusahaan farmasi asal Korea Selatan yakni Genexine Inc. Kerja sama keduanya sudah berjalan lama, tak hanya dalam urusan riset dan pengembangan vaksin corona ini. Kalbe sudah menjalin kerja sama dengan Genexine Inc., membentuk PT Kalbe Genexine Biologic (KGBio). Perusahaan joint venture itu mengembangkan dan membuat bahan baku obat-obatan bioteknologi di Indonesia.
Gedung kantor PT Kalbe Farma Tbk. Foto: Kalbe
Seperti juga vaksin corona buatan Sinovac, vaksin buatan Kalbe Farma dan Genexine juga sudah masuk tahap uji klinis atau diujicobakan ke manusia. Corporate Secretary Kalbe, Lukito Kurniawan Gozali, menjelaskan vaksin yang diproduksi melalui kerja sama dengan perusahaan farmasi Korea Selatan, Genexine, ini diuji coba di Indonesia.
ADVERTISEMENT

Kalbe Farma Awalnya Pabrik Obat di Garasi

Kalbe Farma yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten KLBF, dirintis dan didirikan oleh Boenjamin Setiawan, biasa disapa Dokter Boen. Dia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan meraih Ph.D. bidang farmakologi dari University of California, AS.
Dikutip dari laman resmi Kalbe Farma, perusahaan ini resmi berdiri pada September 1966. Tapi sebelumnya, berawal dari sebuah pabrik obat yang dirintis di sebuah garasi. Nama produknya ‘Tjap Beo’. Ada pil kina, juga salep obat panu. Garasi tempat usaha awal itu pun bukan milik Dokter Boen, melainkan milik salah seorang pasien dari kakaknya, yang kebetulan juga seorang dokter. Dia merasa, banyak perusahaan-perusahaan besar di luar negeri yang memulai usaha dari sebuah garasi.
ADVERTISEMENT
"Produsen laptop Hawlett Packard itu mulainya di garasi. Bill Gates mulainya di ruang kamar kos-kosan. Big company yang lahir dari garasi jumlahnya sangat baik. Kalau mau berhasil, ada baiknya mulai dari garasi. Jadi karena mulai dari susah, semangat berhasilnya tinggi jadi ingin meraih sukses," kata Boenjamin Setiawan, dalam sebuah kesempatan berbagi pengalaman di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, beberapa waktu silam.
Usaha rintisan Dokter Boen ini kini telah menjadi perusahaan farmasi terkemuka, dan merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Mengutip data Bloomberg, saham KLBF diperdagangkan di kisaran Rp 1.650 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 75,3 triliun.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten