Populer: Luhut Dikritik Anak dan Cucu; Temasek dan Google Suntik Tokopedia

27 Oktober 2020 6:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Berita populer kumparanBISNIS hari ini masih dimulai dengan berita Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan yang curhat soal anak dan cucunya yang kritik Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja.
ADVERTISEMENT
Luhut mengakui jika UU Cipta Kerja memang kurang sosialisasi. Ia pun menegaskan akan segera meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat luas.
Selain itu, ada berita mengenai unicorn Indonesia yang mendapat suntikan dana dan dua perusahaan besar global, yaitu Temasek dan Google. Berikut kumparan merangkum berita populer:

Tak Cuma Buruh dan Aktivis, Anak dan Cucu pun Kritik Luhut soal Omnibus Law

Kalangan buruh dan aktivis masyarakat sipil masih terus menyuarakan kritik atas Omnibus Law UU Cipta Kerja, meski beleid itu sudah disahkan DPR dua pekan lalu. Selain mereka, tak kurang anak dan cucu Luhut Binsar Pandjaitan pun, melontarkan kritik terhadap Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Hal itu diungkapkan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, saat menyampaikan sosialisasi soal undang-undang sapu jagat itu di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Jakarta. Dia mengungkapkan, secara substansi Omnibus Law UU Cipta Kerja sangat baik, namun kurang sosialisasi.
ADVERTISEMENT
“Saya saja dikritik sama anak, sama cucu saya. Yang paling kecil di college, dia bilang ‘opung ini kurang sosialisasi’. Dia bilang begitu, dia aja ngajarin saya. ‘Siapin satu website khusus, orang bisa lihat,’ katanya. Itu memang kekurangan pemerintah kami akan perbaiki,” papar Luhut, Jumat (23/10) lalu.
Buruh melakukan aksi unjuk rasa tolak Omnibus Law RUU Cipta Kerja di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (13/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Mantan Menko Polhukam itu menegaskan, tidak ada niat dan maksud buruk dari pemerintah, terkait pembuatan Omnibus Law UU Cipta Kerja. Menurutnya, tidak mungkin pemerintah membuat undang-undang untuk bikin menderita rakyatnya.
Dia memaparkan, maksud pemerintah adalah untuk menciptakan kondisi yang lebih baik. Karenanya meskipun ada suara-suara penolakan, pemerintah tidak takut dan tidak bisa ditekan-tekan. "Karena gini, (niat kita) firmed. Jadi ya jalan terus," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Terkait sejumlah unjuk rasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja, dia pun meminta frekuensinya dikurangi. Luhut menilai, unjuk rasa yang muncul sudah tidak benar-benar murni suara buruh. Belum lagi ada risiko penularan COVID-19, jika unjuk rasa dilakukan di masa pandemi seperti ini.
"(Unjuk rasa) tidak murni lagi untuk mengkritik. Ini tidak baik buat negeri ini. COVID-19 ini dilaporkan kasusnya naik ke atas. Klaster baru timbul. Kalau hanya sakit, tapi kalau (sampai) mati tanggung jawab siapa? Kalau mau demo silakan nanti," tegas Luhut.

Tokopedia Raih Pendanaan Baru Rp 5,11 Triliun dari Google dan Temasek

Marketplace terkemuka Indonesia, Tokopedia, kembali meraup pendanaan dari investor terkemuka. E-commerce berlambang burung hantu hijau itu, kali ini mendapatkan investasi dari Google dan Temasek Holdings Pte sebesar USD 350 juta atau setara Rp 5,11 triliun.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Wallstreetreporter, tambahan modal ini disebut-sebut sebagai bagian dari putaran pendanaan terakhir startup e-commerce itu. Bloomberg seperti dilaporkan Wallstreetreporter, menyebutkan pendanaan baru itu akan digunakan untuk ekspansi Tokopedia pasca-pandemi COVID-19.
Sebelumnya memang sudah beredar rumor, jika Temasek yang merupakan holding BUMN Singapura, memang akan menginvestasikan dana di e-commerce Tokopedia.
DealStreetAsia bahkan pernah melansir, investasi yang akan dikucurkan Temasek bersama Google totalnya sebesar USD 500 juta hingga USD 1 miliar.
Masuknya Temasek dan Google ini, menambah deretan investor kakap ke Tokopedia. Perusahaan e-commerce yang didirikan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison itu, sebelumnya sudah meraih pendanaan dari SoftBank, Alibaba, dan Sequoia.
Perusahaan E-commerce anggota idEA, Tokopedia. Foto: Jofie Yordan/kumparan
Jika informasi ini benar, maka Tokopedia akan naik kelas dari unicorn yang memiliki valuasi USD 1 miliar (Rp 14 triliun) menjadi decacorn yang memiliki valuasi USD 10 miliar (Rp 140 triliun). Sebelumnya, Indonesia hanya memiliki 1 decacorn, yakni Gojek.
ADVERTISEMENT

Di jajaran unicorn terdapat Tokopedia, Ovo, Bukalapak, dan Traveloka.

Dan kini Tokopedia juga dikabarkan sedang melakukan pembicaraan dengan raksasa web AS bersama dengan Facebook, Microsoft, dan Amazon. Dukungan dari Google dan Temasek adalah mosi percaya untuk salah satu operator e-commerce terbesar di Indonesia, yang meningkatkan penjualan online selama pandemi.
Sebelumnya, CEO Tokopedia William Tanuwijaya juga berharap bisa menarik investor baru, sebelum menawarkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di dua bursa yakni Indonesia dan negara lain. Tapi William belum mengungkapkan waktu pasti, namun Tokopedia disebut-sebut akan IPO pada 2023.