Populer: Rupiah Kuat Dinilai karena Utang, Sri Mulyani - Luhut Ditantang Debat

11 Juni 2020 6:44 WIB
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Resya Firmasnyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Resya Firmasnyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Berita tanggapan Faisal Basri terkait rupiah menguat terhadap dolar AS karena pemerintah ambil utang, hingga Rizal Ramli siap debat dengan Luhut dan Sri Mulyani menjadi berita populer kumparanBISNIS
ADVERTISEMENT
Berikut ini selengkapnya berita populer kumparanBisnis sepanjang hari Rabu (10/6):

Faisal Basri: Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS Karena Pemerintah Ambil Utang

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat beberapa hari ini terus menguat sampai sempat menyentuh level Rp 13.000. Mengutip data Bloomberg, Rabu (10/6) pagi, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 13.937,50.
Ekonom Senior Indef, Faisal Basri, mengatakan kondisi tersebut memang menimbulkan optimisme perekonomian Indonesia. Namun, kata dia, rupiah menguat kali ini bukan disebabkan kinerja ekonomi moncer, tapi dipengaruhi banyaknya utang yang masuk ke Indonesia.
"Jadi harus diingat rupiah menguat adalah refleksi dari pasokan dolar yang meningkat luar biasa masuk ke Indonesia. Dari mana? ya dari utang, global bond itu," kata Faisal saat diskusi secara virtual, Rabu (10/6).
ADVERTISEMENT
Faisal membantah kalau ada informasi menguatnya rupiah karena kinerja pemerintah dalam mengatasi dampak virus corona. Menurut dia, tidak ada hubungan kondisi yang terjadi saat ini dan harus terus dilihat dampak berikutnya.
"Nanti akan kita lihat global bond ini ada yang berupa valas itu 100 persen kan dimiliki asing, kemudian ada setiap periode pemerintah mengeluarkan surat utang dalam denominasi rupiah bunganya tinggi sekali 7 persen, 8 persen," ujar Faisal.
"Nah itu asing kan sekarang kelebihan likuiditas karena ada dana stimulus ya. Mereka masuk ke Indonesia membeli surat-surat utang pemerintah karena bunganya rendah, tapi bukan untuk tujuan jangka panjang," tambahnya.
com-Ilustrasi Tagihan Utang Foto: Shutterstock
Menurut Faisal Basri, investor asing akan berangsur menjual surat utangnya tersebut dalam waktu dekat dengan memperhatikan kondisi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dia khawatir Indonesia bakal mengalami kesulitan dengan adanya lonjakan masyarakat yang terpapar virus corona karena new normal yang dipaksakan.
"Pada saat itulah asing mulai menjual bond-nya lagi. Nanti BI harus turun tangan keluarkan cadangan devisa," ungkap Faisal.
Sehingga, kata Faisal, menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam kondisi saat ini belum membuat tenang. Apalagi, defisit neraca transaksi berjalan masih lebar.

Rizal Ramli Siap Debat dengan Luhut, Sri Mulyani, dan Airlangga soal Utang

Ekonom Senior Rizal Ramli menyatakan kesiapannya untuk melakukan debat dengan tim ekonomi pemerintah soal utang luar negeri, yakni Menkeu Sri Mulyani, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
“Awalnya Rizal Ramli tidak setuju. Dia bilang tidak usah diladeni. Tapi karena ditawarkan oleh promotor dari Prodem (Pro Demokrasi) akan berdebat satu paket dengan tim ekonomi Jokowi, termasuk Menkeu Sri Mulyani, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, maka dia (Rizal Ramli) mau,” ujar Juru Bicara Rizal Ramli Adhie Massardi dalam keterangannya, Rabu (10/6).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Rizal Ramli melanjutkan, agar debat menjadi serius, maka pihaknya mengusulkan adanya punishment atau hukuman.
Rizal Ramli di Gedung KPK, Jumat (19/7). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Menurut dia, jika pihaknya kalah dalam debat, maka tidak akan melakukan kritik kepada pemerintah lagi. Sementara jika menang, Rizal Ramli minta semua tim ekonomi mundur.
“Jurus double-kepret🙂 : Kalau Rizal Ramli kalah, dia tidak akan mengkritik pemerintah lagi. Sementara kalau RR, sapaannya, menang, dia minta tim ekonomi mundur,” jelasnya.

Faisal Basri Sindir Hutama Karya: Jalan Tol Pakai Alat Berat, Bukan Padat Karya

Ekonom senior Faisal Basri menyindir rencana pemerintah mengucurkan penyertaan modal negara atau PMN untuk BUMN sektor konstruksi, PT Hutama Karya (Persero). Dana PMN yang disiapkan yakni sebesar Rp 7,5 triliun untuk melanjutkan proyek Tol Trans Sumatera.
ADVERTISEMENT
Faisal menilai suntikan modal negara itu salah sasaran, jika pertimbangannya karena proyek Tol Trans Sumatera yang digarap Hutama Karya banyak menyerap tenaga kerja.
“Jadi di DPR kemarin dikatakan Hutama Karya ini menyelenggarakan proyek jalan tol yang padat karya menyerap banyak tenaga kerja. Masyaallah ini kan sudah keterlaluan ya, jalan tol sekarang enggak ada tenaga kerjanya. Semua adalah alat-alat berat. Jadi dipaksakan sekali,” kata Faisal Basri saat diskusi secara virtual, Rabu (10/6).
Hutama Karya memang mendapatkan dukungan dana dari segi Penyertaan Modal Negara (PMN). Semula, PMN Hutama Karya Rp 3,5 triliun mendapatkan kenaikan Rp 7,5 triliun. Sehingga totalnya menjadi Rp 11 triliun.
Jalur Tol Trans Sumatra KM 277, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Foto: Andesta Herli Wijaya/ kumparan
Faisal mengatakan selama ini tidak melihat banyak orang atau tenaga kerja bergerombol membangun jalan tol. Menurutnya contoh penyerapan lapangan kerja adalah proyek-proyek yang ada di desa.
ADVERTISEMENT
“Kalau menyerap tenaga kerja itu bangun jalan desa, pematang di sawah dan sebagainya itu dikerjakan oleh rakyat. Kalau ini (tol) tidak padat karya sama sekali,” ujar Faisal.
Faisal menganggap kondisi itu sudah bisa mencerminkan bagaimana pengelolaan BUMN yang dilakukan pemerintah. Ia menuturkan keadaan sulit karena corona ini juga dapat membuka permasalahan yang terjadi selama ini.