Prabowo Ingin Pertumbuhan Ekonomi RI 'Double Digit', Realistiskah?

13 April 2019 14:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto saat berkampanye di Yogyakarta, Senin (8/4). Foto: Dok. BPN
zoom-in-whitePerbesar
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto saat berkampanye di Yogyakarta, Senin (8/4). Foto: Dok. BPN
ADVERTISEMENT
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tak puas dengan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di kisaran 5 persen. Bahkan saat pidato kebangsaannya di Surabaya kemarin, dia menginginkan pertumbuhan ekonomi bisa double digit.
ADVERTISEMENT
Keinginan Prabowo tersebut jauh meningkat dibandingkan target timnya atau Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang bisa mencapai 6,5 persen hanya dalam dua tahun masa kepemimpinannya.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan, keinginan Prabowo tersebut sulit untuk tercapai. Apalagi saat ini ekonomi global justru tengah mengalami tekanan yang membuat sejumlah lembaga internasional memangkas proyeksi global.
David mengatakan, untuk menggenjot perekonomian diperlukan peningkatan sejumlah komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB), mulai dari konsumsi rumah tangga, investasi, hingga ekspor. Saat ini, hanya konsumsi yang mulai menunjukkan peningkatan.
Amien Rais (kanan) dan Syukri Fadholi Ketua DPW PPP Khitah DIY (kiri) tampak menenangkan Prabowo Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Kalau mau menaikkan investasi, khususnya dari asing akan membantu pertumbuhan ekonomi. Tapi Pak Prabowo saja seolah anti asing jadi mau bagaimana. Untuk jangka pendek sulit dua digit, pertumbuhan ekonomi potensialnya 5,5 persen sampai 6 persen," ujar David kepada kumparan, Sabtu (13/4).
ADVERTISEMENT
Selama tahun lalu, realisasi investasi asing tercatat mengalami penurunan 8,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 392,7 triliun. Porsi investasi asing ini mencapai 54,4 persen dari total realisasi investasi.
Sementara untuk ekspor, meskipun sudah mulai tumbuh, namun masih kalah dibandingkan dengan impor. Bahkan selama tahun lalu, neraca perdagangan mencatatkan defisit USD 8,57 miliar, terparah sepanjang sejarah.
David menuturkan, perlu reformasi untuk mendorong ekspor yang tak hanya berbasis komoditas. Menurutnya, jika investor masuk dan membangun bisnisnya di luar komoditas dan berhasil diekspor, hal ini bisa membantu angka ekspor Indonesia.
"Dulu orde baru pertumbuhan tinggi karena banyak investasi masuk berorientasi ekspor seperti pulp and paper," jelasnya.
Pertumbuhan Ekonomi Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebutkan, target pertumbuhan ekonomi 'double digit' sulit untuk dicapai. Bahkan menurutnya, keinginan Prabowo itu bukanlah hal yang konkret.
ADVERTISEMENT
"Kalau misalkan 6,5 persen saja mimpi di siang bolong, apalagi double digit? Menurut saya bukan set target pertumbuhan yang tinggi, tapi adalah langkah konkret dan terukur," katanya.
Adapun negara berkembang yang perekonomiannya lebih tinggi dari Indonesia, seperti China dan India saja hanya tumbuh 6-6,5 persen.
"Negara berkembang yang paling tinggi pertumbuhan ekonominya itu antara Tiongkok atau India, dia 6-6,5 persen," katanya.
Dalam pidato kebangsaannya di Surabaya, Prabowo kembali menyampaikan keluhannya terhadap perekonomian domestik. Angka pertumbuhan ekonomi 5 persen dinilainya terlalu rendah. Dia ingin ekonomi tumbuh hingga dua digit.
"Mereka mungkin puas dengan 5 persen pertumbuhan ekonomi. Kita tidak puas. Kita mau pertumbuhan (ekonomi) 'double digit'," kata Prabowo saat pidato kebangsaan di Dyandra Convention Hall, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/4).
ADVERTISEMENT