Produk Tembakau Alternatif Dinilai Bisa Optimalkan Penerimaan Negara

11 September 2021 11:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perlengkapan rokok elektrik di sebuah toko vape di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.  Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Perlengkapan rokok elektrik di sebuah toko vape di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Produk tembakau alternatif dinilai bisa mengoptimalkan penerimaan negara sekaligus mengurangi konsumsi rokok di Tanah Air. Wakil Ketua Yayasan Manusia Welas Asih (MAWAS), Dimas Syailendra, menjelaskan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun snus, menerapkan konsep pengurangan risiko (harm reduction).
ADVERTISEMENT
"Berdasarkan sejumlah hasil penelitian baik dari dalam dan luar negeri, produk ini lebih rendah risiko hingga 90-95 persen daripada rokok," ujar Dimas dalam keterangannya, Sabtu (11/9).
Produk tembakau alternatif itu masuk sebagai hasil produk tembakau lainnya (HPTL). Pada 2018, penerimaan cukai HPTL mencapai Rp 99 miliar. Lalu naik 331,1 persen menjadi Rp 427,01 miliar di 2019 dan pada 2020 kembali naik 59,2 persen menjadi Rp 689 miliar.
Namun akibat pandemi COVID-19, penerimaan HPTL turut mengalami penurunan. Hingga Juni 2021, realisasinya hanya Rp 298 miliar, turun 28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 415 miliar.
Dimas menuturkan, penggunaan produk tembakau dapat sekaligus menurunkan konsumsi merokok dan mendorong penerimaan negara. Dalam riset Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial di Inggris, Public Health England yang berjudul Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Product 2018, disebutkan bahwa risiko dari produk tembakau alternatif 95 persen lebih rendah daripada rokok.
ADVERTISEMENT
“Dengan didukung oleh hasil-hasil riset ilmiah sebagai bukti yang menggambarkan betapa rendah risikonya, jelas itu sebuah terobosan yang baik bagi kesehatan publik,” jelasnya.
Pada Februari 2021, Public Health England juga telah menerbitkan laporan independen ketujuh yang merangkum tentang penggunaan rokok elektrik. Hasilnya, sebanyak 27,2 persen orang di Inggris menggunakan rokok elektrik sebagai bantuan untuk berhenti merokok dalam kurun waktu setahun.
Untuk itu, Dimas pun mendukung kehadiran produk tembakau alternatif dapat dimaksimalkan untuk mengurangi prevalensi perokok.
“Saya pikir adanya produk dengan risiko jauh lebih rendah dari rokok, tentunya akan semakin baik. Masyarakat cerdas yang sadar risiko akan semakin terbentuk untuk menciptakan bangsa yang lebih baik,” jelas dia.