Produksi Gula Nasional Masih Minim, Jokowi Minta Genjot Produksi

20 Juli 2022 20:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo saat meresmikan Pabrik Gula di Bombana, Sulawesi Tenggara. Foto: Lukas/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat meresmikan Pabrik Gula di Bombana, Sulawesi Tenggara. Foto: Lukas/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Jokowi menginginkan agar produksi gula nasional ditingkatkan lagi. Pasalnya produksi gula nasional saat ini masih jauh di bawah kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo setelah rapat internal kabinet dengan Jokowi hari ini, Rabu (20/7).
ADVERTISEMENT
Syahrul menjelaskan, kebutuhan gula nasional secara umum sebanyak 7,3 juta ton, terdiri dari gula konsumsi 3,2 juta ton dan gula industri 4,1 juta ton. Sementara produksi gula nasional hanya 2,35 juta ton.
Syahrul mengatakan gula menjadi kebutuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap inflasi. Dia mengatakan bahwa kebutuhan gula juga dipengaruhi oleh disrupsi atau pengurangan-pengurangan importasi gula dari negara lain.
“Oleh karena itu Presiden mengharapkan dalam waktu yang sangat cepat ada langkah-langkah bersama, antara Kementerian baik pertanian, BUMN, Perdagangan, Perindustrian untuk mencoba mempersiapkan berbagai hal untuk minimal mempersiapkan kebutuhan gula nasional kita secara baik,” ujar Syahrul.
Mentan RI Syahrul Yasin Limpo menghadiri kegiatan pelayanan ternak terpadu pada Program Prioritas Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan) di Desa Bontomanai, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Foto: Kementan RI
Dalam rapat internal itu, Syahrul mengatakan Jokowi meminta agar segera diambil langkah dari lintas Kementerian untuk meningkatkan produktivitas gula konsumsi.
ADVERTISEMENT
“Berarti ada 850.000 ton untuk dipersiapkan. Saya mendapatkan perintah bersama Menteri lain, menteri BUMN lebih khusus untuk mempersiapkan baik rawat ratoon dari tebu maupun bongkar ratoon,” ujarnya.
Artinya, kata Syahrul, ada lahan-lahan intensifikasi dan lahan-lahan ekstensifikasi yang harus digarap secara bersamaan. Adapun untuk gula industri, Syahrul mengatakan pengadaannya akan dilakukan secara bertahap. Namun ketersediaan yang ada saat ini dia harapkan bisa memenuhi kebutuhan industri di Indonesia.
Lebih lanjut, Syahrul mengatakan bahwa Jokowi intens melakukan monitoring masalah pangan nasional. Hal tersebut dibahas mendetail setiap komoditas sehingga pengambilan kebijakannya bisa secara detail.
“(Rapat) tadi lebih banyak Menteri BUMN diberikan arahan untuk mulai dari hulu sampai hilir terlibat. Dan menteri lain atau tentu saja sesuai dengan teknis Kementerian atau tugas Kementerian lain untuk memberikan dukungan agar Menteri BUMN bisa melangkah lebih cepat, memperkuat kebutuhan-kebutuhan gula konsumsi kita khususnya, dan secara bertahap akan masuk pada gula industri yang cukup besar itu,” pungkas dia.
ADVERTISEMENT