Produksi Migas RI Awal Tahun Ini Terganjal Banjir di Wilayah Sumatera

13 Maret 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi SKK Migas. Foto: SKK Migas
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi SKK Migas. Foto: SKK Migas
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan beberapa kendala yang menghambat operasional hulu migas di tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan target lifting minyak sesuai APBN sebesar 635 ribu barel per hari (bph) di tahun 2024. Namun, berdasarkan work, program and budget (WPnB) yang disetujui para kontraktor, target lifting minyak tahun ini sebesar 596 ribu bph.
Meski demikian, Dwi memastikan pihaknya berupaya agar lifting minyak di tahun ini realisasinya tidak kurang dari 600 ribu bph. Namun, ternyata sudah ada beberapa kendala yang mengganjal di awal tahun.
"Meski di awal tahun kita dihadapkan bencana alam banjir yang menimpa begitu banyak sumur-sumur KKKS, khususnya di Rokan dan Sumatera Selatan," ungkapnya saat RDP Komisi VII DPR, Rabu (13/3).
Adapun realisasi lifting minyak di tahun 2023 sebesar 596 ribu bph, jauh di bawah target APBN yaitu 660 ribu bph maupun WPnB sebesar 621 ribu bph. Ada beberapa alasan yang menyebabkan realisasi kurang memuaskan.
ADVERTISEMENT
"Kita menghadapi problem entry rate yang berkurang 5.400 barel per hari, ada proyek-proyek yang delay menyebabkan berkurangnya 6.100 barel, dan beberapa peralatan yang setop baik planned maupun unplanned berkurang 7,4 (ribu)," jelas Dwi.
Selain itu, pelaksanaan work program contribution yang di bawah target, contohnya pengeboran yang jumlahnya tidak tercapai, menyebabkan lifting minyak berkurang 4.700 bph. Lalu, safety stand down selama 1 bulan mengakibatkan berkurangnya lifting 3.000 bph.
"Beberapa tempat low demand karena memang kemampuan produksi tidak bisa optimal, di saat yang sama meskipun itu gas ada kondensat menyertainya. tapi ada upaya dilakukan dengan berbagai optimalisasi sehingga menambah 12,8 ribu bph," tutur Dwi.
Dwi memaparkan beberapa kendala lainnya adalah pengadaan lahan, perizinan, dan finansial, ketersediaan rig, unplanned shutdown, minimnya integrasi infrastruktur gas, pungutan PNBP untuk kegiatan eksplorasi, dan tumpang tindih dengan wilayah hutan konservasi.
ADVERTISEMENT
"Cuaca dan banjir ini yang di akhir tahun lalu dan awal tahun ini menimpa beberapa daerah," tambah dia.
Dwi melanjutkan, kendala juga terjadi di proyek hulu gas yang menyebabkan realisasinya 5.378 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), di bawah target APBN sebesar 6.160 MMSCFD dan WPnB sebesar 5.569 MMSCFD.
"Beberapa proyek yang waktu itu jelas-jelas akan tertunda namun ada pengurangan karena entry rate, proyek delay, downtime, low demand dari gas ini, tapi masih ada tambahan produksi 364 MMSCFD, sehingga menjadi 5.376 MMSCFD," pungkas Dwi.