Proyeksi Bank Dunia 2023: Resesi Global, Minyak Brent Anjlok ke USD 52 per Barel

17 September 2022 7:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Bank Dunia merilis laporan terbaru di September 2022, berisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global akan mengalami resesi dan harga minyak mentah Brent akan anjlok ke USD 52 per barel di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan berjudul "Apakah Resesi Global Sudah Dekat?", sejumlah faktor menjadi penyebab memburuknya perekonomian global, mulai dari pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina, krisis pangan dan energi, inflasi yang tinggi, hingga kenaikan suku bunga.
"Efek makroekonomi dari kondisi keuangan global yang memburuk secara tajam, serta melemahnya kepercayaan konsumen, akan menambah hambatan dari pengetatan kebijakan secara global," tulis laporan tersebut seperti dikutip kumparan, Jumat (16/9).
Bank Dunia membuat tiga proyeksi ekonomi mulai dari skenario dasar, penurunan tajam, hingga resesi di tahun ini, 2023, hingga 2024. Hasil dari skenario tersebut, tahun ini ekonomi global masih tumbuh positif 2,9 persen dalam skenario dasar dan 2,8 persen dalam skenario skenario terburuk.
Warga terlihat berjalan di New York, Amerika Serikat saat kota tersebut sedang lockdown. Foto: REUTERS / Eduardo Munoz
Sementara di 2023, perekonomian global akan berkurang sebesar 1,9 persen poin atau dari 2,4 persen menjadi 0,5 persen dalam skenario terburuk, dan menurun 1 persen atau dari 3,0 persen menjadi 2,0 persen dalam skenario terburuk pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
"Namun di 2023, ekonomi global akan mengalami resesi yang besarnya sama dengan yang terjadi pada tahun 1982, dengan pertumbuhan melambat menjadi 0,5 persen. Dan pertumbuhan per kapita mengalami kontraksi 0,4 persen, akan sejalan dengan resesi 1991, tetapi akan lebih ringan daripada episode 1982 karena populasi tumbuh lebih cepat pada tahun 1982," tulis laporan tersebut.
Adapun Bank Dunia memproyeksi perekonomian pada kelompok negara maju akan minus 0,6 persen dalam skenario terburuk di 2023. Untuk negara berkembang, Bank Dunia melihat pertumbuhan ekonomi masih cukup kuat, yaitu skenario terburuk saja diproyeksi masih positif 1,8 persen di 2023.
Harga Minyak Mentah Brent Anjlok ke USD 52 per Barel
Dalam laporan yang sama, Bank Dunia memproyeksi rata-rata harga minyak mentah Brent pada skenario dasar atau ketika situasi ekonomi normal sebesar USD 105 per barel di tahun ini, selanjutnya turun menjadi USD 98 per barel di 2023 dan kembali turun menjadi USD 88 per barel di 2024.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam skenario ekonomi mengalami penurunan tajam, rata-rata harga Brent turun menjadi USD 79 per barel di 2023 dan bisa kembali meningkat menjadi USD 85 per barel pada 2024.
Sedangkan dalam skenario ekonomi global mengalami resesi, rata-rata harga minyak Brent bisa anjlok menjadi USD 52 per barel di 2023 dan USD 74 per barel di 2024.
"Dalam skenario resesi global, harga minyak Brent akan rata-rata USD 52 per barel pada tahun 2023, lebih rendah dibandingkan dengan USD 98 pada skenario dasar. Harga minyak global akan cepat pulih pada tahun 2024, ketika ekonomi global berhasil keluar dari resesi, rata-rata harga minyak Brent USD 74 per barel selama setahun," tulis laporan tersebut seperti dikutip kumparan, Jumat (16/9).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, proyeksi rata-rata harga minyak mentah dunia tersebut masih lebih rendah dari skenario normal harga minyak mentah di 2024 sebesar USD 88 per barel.
"Perputaran besar harga minyak dalam skenario resesi global tersebut disebabkan oleh keterkaitan antara guncangan keuangan AS (global) dengan komoditas, seperti minyak. Hal ini juga mewakili permintaan yang tertekan akibat tekanan keuangan," tulisnya.