Proyeksi Potensi Perang Dagang AS-China Setelah Donald Trump Tak Jadi Presiden

19 Januari 2021 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
ADVERTISEMENT
Mantan Menko Perekonomian RI 2001-2004, Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, berbicara mengenai perekonomian dunia yang banyak dipengaruhi Amerika Serikat (AS) dan China. Dorodjatun merasa, Donald Trump selama menjadi Presiden AS menggunakan ekonomi sebagai bentuk pertempuran.
ADVERTISEMENT
“Jadi ini adalah suatu paradigma yang sudah berubah oleh karena Trump mempergunakan world economy ini sebagai ajang pertempuran, di mana perangkat-perangkat kebijakan itu betul-betul mempunyai fungsi sebagai weapon, sebagai senjata,” kata Dorodjatun saat webinar yang digelar INADIS, Selasa (19/1).
Dorodjatun mengatakan kebijakan yang diambil AS tersebut ternyata dibalas oleh China dan Uni Eropa. Ia menganggap kondisi tersebut berdampak ke perekonomian global. Menurutnya diplomasi multiralism dan sebagainya jadi sulit dilakukan.
“Kalau yang terjadi saat ini adalah gejala yang sudah kita lihat pada kepresidenan Trump ini bahwa semua kebijakan untuk mempengaruhi world economy dan dibalas oleh China juga, dibalas oleh European Union. Maka apa gunanya WTO seperti itu,” ujar Dorodjatun.
Dorodjatun Kuntjoro Jakti Foto: Helmi Afandi/kumparan
Dorodjatun belum bisa memastikan apakah kebijakan Trump terkait ekonomi bakal diteruskan oleh Presiden AS Joe Biden yang segera dilantik pada 20 Januari 2020. Ia tidak mau berspekulasi lebih jauh mengenai kebijakan Biden karena masih menunggu statemen setelah dilantik.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Dorodjatun merasa dalam waktu dekat sulit menyelesaikan permasalahan ekonomi yang kadung terjadi antara AS dan China. Menurutnya kedua negara tersebut sama-sama punya kemampuan.
“Nah kalau ekonomi Amerika dan China itu menjadi ekonomi yang raksasa ukurannya ke depan dan akan begitu, maka masalah lain yang harus kita pahami betul ialah tidak ada alasan untuk dua raksasa itu melakukan misalnya negosiasi dan sebagainya itu kurang alasannya lah buat mereka karena sama-sama besar,” tutur Dorodjatun.