PSBB Berlaku di Jakarta, Pendapatan Driver Ojol Bakal Turun 80 Persen

7 April 2020 15:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di kawasan Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten, Rabu (11/3). Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
zoom-in-whitePerbesar
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di kawasan Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten, Rabu (11/3). Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
ADVERTISEMENT
Pengemudi ojek online (ojol) jadi salah satu pihak yang paling terdampak oleh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta yang sudah direstui oleh pemerintah pusat. Pendapatan pengemudi ojol akan semakin turun drastis.
ADVERTISEMENT
Sebelum PSBB diberlakukan pun pendapatan driver ojol sudah menurun drastis karena yang bekerja dari rumah dan membatasi aktivitas karena wabah corona terus meluas.
“Teman-teman pengemudi keluhannya karena sudah tak boleh bawa penumpang ya pendapatan turun drastis ya kan. Penurunannya 70 sampai 80 persen. Jadi kita hanya mengandalkan dari makanan dan barang,” kata Ketua Presidium Nasional Garda, Igun Wicaksono, saat dihubungi kumparan, Selasa (7/6).
Igun mengungkapkan, pendapatan para pengemudi ojol saat ini berada di kisaran Rp 50.000 per hari. Angka tersebut tentu berat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kalau nilai rupiah Rp 50.000 belum dipotong bensin, makan, kebutuhan pokok. Apalagi memenuhi kebutuhan utang, angsuran, kontrakan atau lain-lainnya,” ujar Igun.
Igun tidak menampik ada langkah dari pemerintah yang ditujukan ke pengemudi ojek online dengan relaksasi kredit. Namun, ia merasa langkah tersebut sampai saat ini kurang terasa manfaatnya.
ADVERTISEMENT
“Kelonggaran kredit atau relaksasi kredit itu terlalu bertele-tele birokrasinya, terlalu rumit untuk temen-temen ojol. Jadi persyaratannya terlalu banyak, akhirnya banyak yang tidak bisa mengajukan,” ungkap Igun.
Igun mencontohkan salah satu persyaratan kelonggaran kredit tersebut adalah tidak boleh ada tunggakan. Ia merasa ketentuan tersebut berat diwujudkan dengan pendapatan para pengemudi ojol yang terus berkurang.
“Sedangkan sebelum pandemi saja penghasilan ojol sudah menurun. Jadi sebulan sebelum pandemi sudah menurun, sudah kebanyakan menunggak, temen-temen ada tunggakan. Nah itu yang repot dan juga itu kan angsuran tidak murni hilang,” tutur Igun.
Ilustrasi ojek online. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Untuk menyikapi pemberlakukan PSBB, pengemudi ojol Garda sudah menyampaikan sikapnya. Ada 3 poin utama yang mereka inginkan yaitu:
1. Pemerintah memberikan kompensasi penghasilan kepada para pengemudi ojol, berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT). Nilai besaran BLT yang kami harapkan yaitu Rp 100 ribu per hari, karena sudah pasti hilangnya satu fitur angkutan penumpang maka penghasilan kami sebagian besar akan hilang, fitur angkutan penumpang memiliki komposisi 70 persen dari total penghasilan kami sehari-hari.
ADVERTISEMENT
2. Bagi pihak aplikator menerapkan potongan penghasilan maksimal 10 persen atau kalau perlu sementara tanpa ada potongan pendapatan dari aplikator selama masa pandemi COVID-19, karena saat ini pendapatan kami masih dipotong 20 persen oleh pihak aplikator.
3. Kami juga minta kepada pihak aplikator, semua aplikator untuk sementara menonaktifkan fitur penumpang dan fokus lakukan sosialisasi aplikasi layanan order pesan antar makanan dan barang kepada para pelanggan pengguna jasa ojek online, ini kewajiban dari aplikator sebagai penyedia aplikasi agar permintaan order pesan layanan antar makanan maupun pengiriman barang dapat meningkat sebagai dua sumber penghasilan utama mitra ojol selama masa pandemi COVID-19, agar mitra driver terus dapat mencari nafkah dan menjaga penghasilan driver ojol agar tidak terus turun drastis akibat dari aturan PSBB.
ADVERTISEMENT