PT Bukit Asam (PTBA) Siapkan Capex Rp 2,9 Triliun di 2024

8 Mei 2024 18:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jajaran Direksi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2023, Rabu (8/5/2024).  Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jajaran Direksi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2023, Rabu (8/5/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 2,9 triliun pada 2024. Realisasi kuartal I 2024 saat ini masih berjalan.
ADVERTISEMENT
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA, Farida Thamrin, mengatakan realisasi capex kuartal I 2024 saat ini untuk pembelian alat berat hingga kebutuhan di tambang.
“Target capex di tahun 2024 kurang lebih dari Rp 2,9 triliun. Kuartal I itu realisasi masih on track terutama capex non rutin,” ujar Farida dalam konferensi pers RUPST di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (8/5).
Farida menyebut dengan berjalannya waktu, capex senilai Rp 2,9 triliun tersebut akan terealisasi pada kuartal IV 2024. PTBA menargetkan produksi sebanyak 41,3 juta ton batu bara tahun ini.
“Sejalan dengan itu, capex rutin full dan untuk dua anak perusahaan, puncaknya realisasi di kuartal IV 2024,” jelas Farida.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Rafly Yandra, menyebut perseroan menyiapkan strategi menghadapi kondisi eksternal seperti faktor cuaca panas dan kondisi ekonomi di China.
ADVERTISEMENT
“Volume penjualan ditargetkan meningkat tahun 2023. PTBA memaksimalkan potensi dalam ekspor baik existing dan market-market baru,” terang Rafly.
Rafly memastikan PTBA berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah mendorong hilirisasi batu bara terkait proyek Dimethyl Ether (DME). Perusahaan tetap mengalokasikan batu bara, sehingga hilirisasi tetap terjamin.
“Kita sudah bekerja sama dengan salah satu perusahaan Amerika untuk hilirisasi DME, tapi akhirnya mereka mundur karena mereka lebih cenderung untuk berinvestasi di area lebih green,” jelas Rafly.