Punya Usaha, Tapi Mengapa Tak Bisa Merasakan Laba?

4 November 2020 11:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pebisnis makanan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pebisnis makanan. Foto: Shutterstock
Hidup di ibu kota memang dituntut untuk serba bisa. Apalagi di tengah pandemi seperti ini, kita harus bisa cari peluang untuk tambahan pendapatan agar bisa bertahan. Ya, sebagai seorang karyawan swasta di ibu kota, Tyas (26) ingin mencoba peruntungan bisnis. Sambil menyelam minum air bisa jadi peribahasa yang tepat untuk menggambarkan sosok Tyas.
Di sela-sela kesibukannya work from home dengan jam kerja yang semakin ngawur, Tyas bertekad untuk membuka usaha makanan online. Selain sebagai tambahan pendapatan, berbisnis juga bisa membuatnya merasa aman. Menurut Tyas, kondisi ekonomi yang tidak pasti akibat pandemi, bisa saja mengancam pekerjaannya. Ia berharap bisnisnya ini bisa menyelamatkannya jika sewaktu-waktu ia dirumahkan atau diberhentikan.
Walaupun pekerjaannya di kantor sangat menyita waktu, Tyas tak pernah lelah. Ia gunakan jam malamnya untuk mengolah makanannya. Awalnya terasa pahit dan terasa lelah. Namun setelah banyak yang mencoba dan mencicipi makanannya, Tyas kini selalu kebanjiran order.
Meski begitu, Tyas merasa di setiap akhir bulan, ia belum juga merasakan laba dari usahanya. Padahal berbagai cara telah Tyas lakukan, seperti mengurangi biaya tambahan untuk suntikan segar usaha dan mengurangi biaya promosi di media sosial.
Memotret makanan. Foto: Shutterstock
Awal-awal Tyas memakluminya, namun setelah berbulan-bulan berbisnis, Tyas merasa tidak merasakan pendapatan yang signifikan meskipun orderan setiap bulannya selalu meningkat. Ia pun terdiam dan mengevaluasi diri untuk mencari tahu letak permasalahannya. Tak lama Tyas menyadari, ternyata ia masih mencampur keuangan pribadi dengan usahanya. Inilah yang membuat Tyas sulit merasakan dan menghitung laba dari hasil usahanya.
Maklum saja, Tyas yang tinggal di rumah kos juga bertugas mengurus keuangan pribadi seperti keperluan makan, bayar kontrakan, listrik, transportasi, laundry, dan lainnya. Padahal memisahkan uang pribadi dan uang usaha adalah hal penting saat memulai usaha. Dengan begitu, kita dapat melihat pengeluaran serta pemasukan usaha dengan jelas.
Untuk belajar dari kesalahannya tersebut, Tyas pun mencari cara untuk mengatur keuangan pribadi dan usahanya agar ia bisa merasakan laba dari usahanya. Beberapa cara pun ditemukan Tyas di Internet. Setelah Tyas kulik, hal dasar yang perlu dilakukan seorang wirausahawan untuk mengetahui pendapatan dari usahanya adalah memisahkan keuangan pribadi dan usaha adalah membuat rekening berbeda.
Namun sayang, kesibukannya sebagai karyawan membuat Tyas sulit datang ke bank untuk sekadar membuka rekening. Tyas pun mencari solusinya dan mendapatkan cara lain, yakni dengan memanfaatkan Jenius Bisnis dan Bisnis Kit Jenius.
Ilustrasi Bank Jenius. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Sudah sejak lama Tyas memang menggunakan Jenius tapi ia baru menyadari bahwa Jenius kini punya fitur yang dapat mengatur keuangan bisnis dari smartphone. Ya, Tyas memanfaatkan akun Jenius Bisnis.

Apa itu akun Jenius Bisnis?

Akun bisnis Jenius merupakan akun terpisah untuk keuangan bisnis yang tersedia secara otomatis di aplikasi Jenius dan nasabah bisa langsung aktifkan tanpa persyaratan, tanpa biaya tambahan, tanpa perlu registrasi ulang, apalagi sampai harus datang ke bank.
Untuk mengaktifkannya, nasabah cukup membuka aplikasi Jenius, swipe ke Bisnis, kemudian tentukan $Cashtag baru untuk bisnis.
Setelah aktif, nasabah akan mendapatkan $Cashtag dan nomor rekening baru untuk digunakan sebagai rekening bisnis, m-Card virtual untuk transaksi online, dan 4 fitur di aplikasi, yaitu Send It (mengirim uang ke sesama Jenius dan ke bank lain), In & Out (menelusuri histori transaksi uang masuk dan uang keluar dengan praktis), Card Center, dan Jenius Contacts (mengelompokkan dan menyimpan kontak untuk keperluan bisnis).
Selain itu, dengan Jenius Bisnis nasabah juga bisa memanfaatkan menu Tagihan (Billers) di fitur Send It untuk pembayaran tagihan atau berbelanja keperluan bisnis. Misalnya, pembelian pulsa/paket data, membayar tagihan air, televisi dan internet, serta melakukan pembayaran untuk pembelian tiket kereta api. Nasabah juga bisa menerima uang dari sesama Jenius/bank lain dan dari pembayaran digital lain dan bisa men-download laporan keuangan bulanan dalam bentuk e-statement.
Tak berhenti sampai situ saja, selain memanfaatkan akun bisnis Jenius, Tyas juga memperoleh info bahwa Jenius kini punya Bisniskit.

Apa itu Bisniskit Jenius?

Bisniskit dari Jenius merupakan aplikasi bebas biaya yang tersedia di App Store atau Google Play yang akan membantu nasabah mengelola bisnis dengan lebih simpel.
Seluruh informasi terkini bisnis seperti jumlah transaksi, nominal penjualan/pengeluaran/gross profit, dan data produk terlaris serta pengeluaran tertinggi bisa diakses dengan mudah di dashboard aplikasi. Bisniskit dari Jenius terbagi menjadi dua menu utama, yaitu toko dan kasir.
Dari menu Toko, nasabah bisa mengelola bisnis lebih mudah menggunakan 5 fitur berikut:
Dari menu Kasir, nasabah akan mendapatkan mesin kasir sederhana yang bisa digunakan untuk memproses penjualan. Mesin kasir sederhana ini bisa dihubungkan ke printer untuk mencetak nota, dan dihubungkan ke mesin EDC untuk memproses pembayaran menggunakan kartu debit.
Dengan beragam kemudahan yang ditawarkan. Jenius kini menjadi partner andalan Tyas untuk mengelola bisnisnya. Bagaimana dengan kamu? Apakah tertarik untuk mencobanya? Untuk info lengkapnya mengenai akun Bisnis Jenius dan Bisniskit Jenius, klik tautan ini.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Jenius