Pupuk Kaltim Butuh Rp 28 T untuk Bangun Pabrik Urea hingga Metanol di Papua

21 Maret 2021 16:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas memantau proses pengisian pupuk kedalam kapal saat produksi ekspor urea di Pelabuhan PT Pupuk Kaltim di Bontang. Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memantau proses pengisian pupuk kedalam kapal saat produksi ekspor urea di Pelabuhan PT Pupuk Kaltim di Bontang. Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
ADVERTISEMENT
Anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero), yakni PT Pupuk Kaltim berencana membangun pabrik pupuk urea, amonia, hingga metanol di Bintuni, Papua Barat. Modal yang dibutuhkan mencapai USD 2 miliar atau sekitar Rp 28 triliun (kurs Rp 14.000 per USD).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi mengungkapkan, beberapa hal pokok mengenai rencana pembangunan pabrik ini sudah disepakati. Hanya saja, masih tahap awal.
Rencananya, tahun depan perusahaan akan menyiapkan lahannya agar 2023 bisa dimulai konstruksi pabrik. Targetnya, pada 2026, pabrik ini bisa beroperasi.
"Kalau investasi di Bintuni sekitar USD 2 miliar, hampir Rp 28 triliun. Amonia dan urea kita kerjakan sendiri, metanol masih timbang-timbang untuk ajak partner atau sendiri," kata dia dalam diskusi Strategi Pupuk Kaltim Pastikan Stok Pupuk Aman di Musim Tanam 2021, Minggu (21/3).
Rahmad mengungkapkan, modal yang dibutuhkan untuk bangun pabrik di sana cukup besar. Karena itu, perusahaan tengah mencari beberapa opsi untuk mendapatkan pendanaan mulai dari utang, mencari mitra strategis, hingga rencana melantai di bursa saham (Initial Public Offering/IPO).
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, menurut Rahmad, dari sisi kas perusahaan bisa membiayai proyek ini sebab ekuitas perseroan hingga saat ini mencapai Rp 22 triliun. Dia pun mengeklaim, Pupuk Kaltim tidak memiliki utang dan hanya memiliki kewajiban obligasi Rp 1 triliun.
"Kita juga melihat kemungkinan partnership, jadi kita belum putuskan. Masih menjajaki. Kami tidak hanya terkunci oleh satu cara. IPO jadi salah satu funding option yang kita jajaki. Tapi buka satu-satunya yang ada di meja kami sekarang," terangnya.
Selain proyek pabrik di Bintuni, perusahaan juga membutuhkan modal sekitar USD 500 juta beberapa tahun ke depan untuk membangun proyek di Bontang, Kalimantan Timur. Proyek itu mulai dari revamping atau perbaikan pabrik lama hingga bangun pabrik oleochemical dari minyak kelapa sawit.
Kapal pengekspor amoniak produksi PT Pupuk Kaltim (Persero). Foto: Dok. Pupuk Kaltim

Bisa Ekspor ke Australia Lebih Banyak

Rahmad memastikan produksi urea dan amonia akan dilakukan sendiri di pabrik ini. Sementara untuk produksi metanol, perusahaan masih menimbang untuk menggaet mitra.
ADVERTISEMENT
Adapun pemilihan lokasi pabrik di Bintuni lantaran memiliki banyak gas alam cair yang menjadi bahan baku pembuatan urea hingga metanol. Di lokasi ini, ada pabrik gas alam British Petroleum asal Inggris yang menjadi produsen gas alam cair nomor satu di Indonesia.
Rahmad mengatakan rencananya pabrik ini akan memproduksi 1,1 juta ton pupuk per tahunnya. Pupuk-pupuk ini akan didistribusikan perseroan ke sejumlah proyek pemerintah seperti lumbung pangan nasional di wilayah Timur Indonesia. Selain itu, Pupuk Kaltim juga bisa lebih dekat ekspor ke Australia.
"Kita juga berpeluang ekspor ke Australia, ini bisa lebih kita kuasai. Selama ini Australia impor 2 juta ton dari sejumlah negara. Nah kita bs kuasai pasar mereka," katanya.
ADVERTISEMENT
Perseroan mengungkapkan tahun lalu perusahaan ekspor pupuk 1,8 juta ton yang sebagian besar dijual ke India, Filipina, dan Thailand. Hanya beberapa kecil dikirim ke China, Australia, hingga Meksiko.