Cover Profit Edisi 3

Putaran Uang di Layanan Pencari Jodoh

7 Februari 2020 16:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zona bisnis. Foto: Argy Pradypta/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Zona bisnis. Foto: Argy Pradypta/kumparan
ADVERTISEMENT
Eric Yuwono sudah terbiasa memanfaatkan gawainya untuk bergabung dalam layanan pencariaan jodoh untuk mendapatkan kenalan baru. Apabila merasa cocok, Eric akan menjumpai orang yang berinteraksi dengannya di dunia maya tersebut.
ADVERTISEMENT
Sudah sejak tahun 2016 Eric memanfaatkan aplikasi dating yaitu Tinder Gold. Tak jarang, Eric mendapatkan teman yang menurutnya cocok untuk ditindaklanjuti perjumpaannya di dunia nyata.
“Kalau minat sama orangnya ya tinggal geser kanan saja kan udah match ngobrol-ngobrol. Bertemu ya ketemulah, pasti kan tujuannya memang buat itu,” kata Eric yang tinggal di Surabaya itu kepada kumparan.
Eric mengaku memang tidak setiap saat bisa online Tinder Gold, apalagi kalau pekerjaannya sedang padat. Namun, ia memastikan bakal membuka layanan tersebut saat sedang merasa bosan atau kesepian.
Untuk menjadi member Tinder Gold, Eric tidak harus merogoh kocek Rp 65 ribu setiap bulannya. Menurut dia, biaya yang dikeluarkan terkadang setiap orang berbeda. Ada kawannya yang harus mengeluarkan biaya Rp 45 ribu sampai Rp 109 ribu.
ADVERTISEMENT
Pengguna Tinder lainnya, Haq, mengaku memanfaatkan layanan tersebut sebagai tempat mengisi waktu luang. Pria yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, ini sudah hampir setahun menggunakan layanan Tinder.
Ilustrasi menggunakan aplikasi kencan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Haq mengungkapkan, menjelang valentine day pergerakan di Tinder miliknya semakin ramai dibanding hari biasanya. Ia tidak berharap banyak mendapatkan pasangan melalui Tinder di valentine day tahun ini.
“Ramai jelang valentine, banyak yang cari temen, sekadar nonton dan makan. Saya iseng saja, kalau dapat beneran ya alhamdulillah,” tutur David.
Jumlah pengguna aplikasi pencarian jodoh di Indonesia memang terus meningkat. Ada perputaran uang yang cukup besar di sana. Hal itu tergambar dalam data Dating Services di statista.com.
Dari data tersebut, pada 2017 ada sekitar 2,8 juta pengguna online dating, 1,33 juta matchmaking, dan 1,02 juta casual dating. Angka itu meningkat pada 2019 menjadi 3,47 online dating, 1,59 juta matchmaking, 1,31 casual dating.
ADVERTISEMENT
Adapun dari sisi pendapatan, pada 2017 totalnya mencapai USD 49 juta, terdiri dari matchmaking USD 33,8 juta, online dating USD 9,5 juta, casual dating USD 5,8 juta.
Sementara di 2019 totalnya mencapai USD 60 juta terdiri dari matchmaking USD 40,8 juta, online dating USD 12,3 juta, casual dating USD 7,3 juta.
Peningkatan pengguna layanan mencari pasangan juga diaminkan oleh Zoya Yoana, seorang matchmaker. Zoya menjalankan matchmaker sudah hampir 6 tahun. Ia tidak menampik di momen menjelang valentine banyak yang datang kepadanya.
“(Jelang valentine day) Normal saja seperti biasa tapi agak sedikit naik. Tetap banyak pasti,” terang Zoya.
Ilustrasi aplikasi kencan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Apa yang dikerjakan Zoya memang secara offline. Namun, setidaknya sudah ada ratusan orang yang ia bantu. Zoya tidak hanya membuka layanan di Indonesia saja, akan tetapi sampai mancanegara.
ADVERTISEMENT
“Saya kan bukan aplikasi, saya punya offline. Kalau saya bukan biro jodoh tapi matchmaker. Jadi memang personalize, privat confidensial, jadi memang one on one. Dan itu banyak peminatnya,” ungkap Zoya.
Untuk mendapatkan layanan matchmaker harus merogoh kocek saat mulai mendaftarkan diri. Namun, tidak perlu khawatir, Zoya mengungkapkan sejauh ini rata-rata orang yang dibantunya berhasil mendapatkan keinginannya.
“Kalau yang saya punya itu mereka bayar membership startnya dari USD 2.500 sampai USD 7.500 per tahun. Register dulu di website, baru ada sesi ketemu dengan saya one on one, ngobrol, paling enggak ada screening-nya, terus ada background ceknya,” terang Zoya.
Valentine, bukan hanya soal cinta semata atau ritual mengungkapkan kasih sayang kepada pasangan. Ada roda ekonomi yang berputar dan berkontribusi terhadap perekonomian.
Infografik Ceruk Pasar Layanan Kencan. Foto: Andri Firdiansyah Arifin/kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten