Raih Laba Rp 27,5 Triliun di 2019, Mandiri Bagi-bagi Dividen Rp 16,49 Triliun

19 Februari 2020 17:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bank mandiri. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bank mandiri. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Bank Mandiri Tbk (Persero) mencatatkan laba Rp 27,5 triliun sepanjang tahun lalu. Angka ini tumbuh 9,9 persen secara year on year (yoy).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, dari perolehan laba itu, 60 persennya dijadikan dividen senilai Rp 16,49 triliun atau sekitar Rp 353,34 per lembar saham kepada pemegang saham. Nilai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 11,2 triliun atau sekitar Rp 241 per lembar saham.
“Penetapan besaran dividen tersebut telah memperhatikan kebutuhan likuiditas perseroan dalam mengembangkan bisnis dan memenuhi ketentuan terbaru regulator, serta sebagai bentuk apresiasi perseroan kepada pemegang saham atas kepercayaan dan dukungannya, sementara sisa 40 persen dari laba bersih 2019 akan digunakan sebagai laba ditahan," katanya di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (19/2).
Menurut Royke, perolehan laba perusahaan tahun lalu didukung oleh pertumbuhan kredit konsolidasi yang sebesar 10,7 persen yoy hingga mencapai Rp 907,5 triliun pada akhir tahun lalu. Dari kucuran tersebut, perseroan berhasil mencatat pendapatan bunga bersih sebesar Rp 59,4 triliun, naik 8,8 persen yoy dibanding tahun sebelumnya.
Direktur utama PT Bank Mandiri, Royke Tumilaar (tengah) di RUPS Bank Mandiri. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Alhasil, aset perseroan pun terkerek naik 9,65 persen menjadi Rp 1.318,2 triliun pada akhir tahun lalu. Seiring keinginan untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan, Bank Mandiri berhasil memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan sehingga rasio Non Performing Loan (NPL) gross turun 42 bps menjadi 2,33 persen dibandingkan Desember tahun lalu. Dampaknya, biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) pun ikut melandai sebesar -14,9 persen yoy menjadi Rp 12,1 triliun.
ADVERTISEMENT
Menurut Royke, konsistensi untuk mengutamakan prinsip pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan dalam ekspansi serta inovasi layanan yang berkelanjutan melalui otomatisasi atau pun digitalisasi, menjadi kunci keberhasilan perseroan dalam melewati tahun 2019 yang diwarnai dengan persaingan ketat industri perbankan serta maraknya usaha pembiayaan berbasis digital.
“Perseroan menyadari tantangan industri perbankan tahun ini akan semakin kompleks, baik dari aspek likuiditas, keberadaan industri teknologi finansial (tekfin) serta ketidakpastian situasi ekonomi global. Untuk itu, kami akan terus mewaspadai perkembangan ekonomi terkini dan melakukan inisiatif strategis yang diperlukan berdasarkan pertimbangan efektivitas dan efisiensi,” kata Royke.