Raksasa Properti China Gagal Bayar, BI Beberkan Dampaknya ke Pasar Modal RI

21 September 2021 15:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
China Evergrande Center di Hong Kong, China. Foto: Bobby Yip/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
China Evergrande Center di Hong Kong, China. Foto: Bobby Yip/REUTERS
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia terus memantau perkembangan gagal bayar yang dialami China Evergrande Group. Evergrande merupakan perusahaan pengembang properti di China yang tengah dililit utang besar hingga memicu kekhawatiran sistem keuangan di negaranya.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, dampak dari gagal bayar korporasi di China memang berpengaruh terhadap ketidakpastian pasar keuangan global. Padahal sejauh ini, pasar keuangan dunia mulai perlahan bangkit di masa pandemi.
"Lalu bagaimana dampaknya ke Indonesia? Memang ada pengaruhnya ke pasar modal Indonesia, lebih ke faktor eksternal, bukan domestik," kata Perry dalam konferensi pers pengumuman suku bunga acuan, Selasa (21/9).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Menurut dia, perkembangan ekonomi Indonesia terus membaik dari sisi fundamentalnya. Bahkan arus modal asing yang masuk (net inflow) hingga Juli hingga 17 September 2021 mencapai USD 1,5 miliar.
Selain itu posisi cadangan devisa pada akhir Agustus 2021 meningkat menjadi sebesar USD 144,8 miliar. Jumlah tersebut setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta melampaui kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
ADVERTISEMENT
"Sejauh ini pengaruhnya terhadap Indonesia terutama di awal, di pasar modal berangsur mereda. Di SBN (surat berharga negara) dampaknya juga tidak banyak," kata dia.
Tren nilai rupiah yang menguat juga menjadi penolong ketahanan fundamental ekonomi Indonesia terhadap guncangan eksternal. Pery menyebut nilai tukar rupiah pada 20 September 2021 menguat 0,94 persen secara rerata dan 0,18 persen secara point to point dibandingkan dengan level Agustus 2021.
"Penguatan nilai tukar rupiah didorong oleh persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, terjaganya pasokan valas domestik, dan langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia," ucapnya.
Dampak gagal bayar Evergrande di pasar global salah satunya terlihat dari pergerakan Wall Street yang tumbang cukup dalam pada penutupan perdagangan Senin (20/9).
ADVERTISEMENT
Tiga indeks utamanya berakhir di zona merah dipicu ketakutan penularan dari potensi keruntuhan Evergrande China, mendorong aksi jual yang luas dan membuat investor melarikan diri dari ekuitas demi keamanan.
New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, New York City. Foto: Angela Weiss / AFP
Dilansir dari Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 620,22 poin atau 1,79 persen menjadi 33.964,66. Sedangkan S&P 500 (.SPX) turun 75,28 poin atau 1,70 persen menjadi 4.357,71 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 325,95 poin atau 2,17 persen menjadi 14.718,02.
Nasdaq jatuh ke level terendah dalam waktu sekitar satu bulan. Sementara itu, saham-saham teknologi kelas kakap seperti Microsoft Corp (MSFT.O), Alphabet Inc (GOOGL.O), Amazon.com Inc (AMZN.O), Apple Inc (AAPL.O), Facebook Inc ( FB.O), dan Tesla Inc (TSLA.O) menjadi salah satu hambatan terbesar pada indeks serta S&P 500.
ADVERTISEMENT
Sebelas sektor utama S&P 500 berakhir lebih rendah, dengan kelompok yang sensitif secara ekonomi seperti energi (.SPNY).