news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rencana Produksi Gas dari Proyek IDD Diturunkan

5 September 2019 16:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengeboran minyak dan gas Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeboran minyak dan gas Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menyatakan, rencana produksi gas dari proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap kedua bakal diturunkan. Perubahan target produksi ini terjadi karena penurunan biaya investasi.
ADVERTISEMENT
Proyek yang terdiri atas lapangan gas pada wilayah kerja eksplorasi Rapak dan Ganal di Selat Makassar ini telah dilakukan pembahasan mengenai keekonomian sejak tahun 2008, namun sempat terhenti beberapa kali.
Revisi rencana pengembangan (Plan of Development) proyek IDD tahap kedua sedang disiapkan oleh 3 kontraktornya, yaitu Chevron, Eni dan Sinopec. Proyek IDD tahap kedua merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang menjadi fokus perhatian pemerintah untuk dapat segera diwujudkan.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurahman mengatakan, sebelumnya biaya investasi di proyek ini sekitar USD 11 miliar. Tapi diperkirakan turun menjadi USD 6 miliar. Hal ini mempengaruhi target produksi dari sebelumnya 700 MMscfd menjadi 500 MMscfd.
ADVERTISEMENT
"Memang turun sih, cuma sekarang dengan range yang kita lihat bisa produksi sekitar 400-500 MMscfd," kata Fatar Yani saat ditemui di The 43rd IPA Convention and Exhibition (IPA Convex) 2019 di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (5/9).
Biaya investasi dapat dipangkas karena ada perubahan desain dalam proyek IDD. Sebelumnya, kata Fatar ada ada dua desain, sekarang diletakan flow water. Jadi, sumurnya ditarik ke shell water platform.
Meski rencana produksinya turun, kata Fatar, masa produksinya menjadi lebih panjang. Dengan produksi gas 500 MMscfd, masa puncak produksi gas proyek IDD bisa mencapai 4 tahun. Sedangkan jika produksi gas 700 MMscfd, masa puncak produksi hanya 2-3 tahun.
Kontrak Chevron, Eni dan Sinopec di IDD akan berakhir pada 2028 dan belum ada perpanjangan. Jika diperpanjang, rencananya kontrak baru pasca 2028 menggunakan skema Gross Split, bukan skema Cost Recovery lagi. Fatar mengatakan, skema baru ini banyak cukup dilirik perusahaan migas, termasuk Chevron.
ADVERTISEMENT
Soal perpanjangan tersebut, Fatar melanjutkan, menunggu pembentukan kabinet baru pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Menteri ESDM di kabinet baru yang akan memutuskannya.
"Tergantung habis Oktober siapa menterinya. Kalau menteri sekarang diperpanjang, tapi mekanismenya tetap Gross Split karena sekarang banyak investor melihat Gross Split cukup menarik," ucapnya.