Resesi Global Makin Dekat, Inflasi Belgia Kini Tembus 11,27 Persen

30 September 2022 10:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karpet bunga di Brussels Grand Place, Belgia. Foto: Johanna Geron/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Karpet bunga di Brussels Grand Place, Belgia. Foto: Johanna Geron/REUTERS
ADVERTISEMENT
Tingginya laju inflasi di sejumlah negara membuat kondisi global terancam mengalami resesi. Setelah Amerika Serikat yang mengumumkan laju inflasi 8,5 persen, kini Belgia mencatatkan rekor inflasi yang tembus 11,27 persen pada September 2022 secara tahunan (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Statistics Belgium, Kamis (29/9), angka tersebut naik dari 9,94 persen yoy pada Agustus 2022. Bahkan, angka tersebut menjadi angka inflasi tertinggi di Belgia sejak Agustus 1975.
Tak hanya Belgia, Jerman juga mencatatkan rekor inflasi tertinggi sejak 1951 yang sebesar 11 persen. Mengutip Bloomberg, negara dengan ekonomi terbesar di kawasan tersebut, mencatatkan inflasi sebesar 10 persen pada September 2022 yoy.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Presiden Jokowi kembali mengingatkan para menteri hingga pejabat daerah mengenai kengerian ekonomi dunia tahun ini dan tahun depan. Gejolak ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina, kenaikan suku bunga, inflasi, kelaparan, akan membuat dunia terancam resesi global.
Presiden Jokowi pada Ratas Mengenai Kebijakan Visa on Arrival, Istana Merdeka, Jumat (9/9/2022). Foto: Lukas/Biro Pers Sekretariat Presiden
Inflasi, kata presiden, menjadi momok menakutkan terbesar banyak negara saat ini, termasuk Indonesia. Dia menyebut sudah ada 5 negara yang inflasinya melonjak hingga di atas 80 persen. Sementara di Indonesia, Bank Indonesia sudah menaikkan inflasi dua kali ke posisi 4,25 persen belum lama ini. Sementara inflasi Indonesia per Agustus 2022 mencapai 4,69 persen dan diprediksi mencapai 6 persen di akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Ini pertama kali saya sampaikan, momok terbesar adalah inflasi. Kenaikan barang dan jasa. Momok semua negara saat ini. Biasanya cuma (inflasi) 1 persen, sekarang ada yang 8 (persen, bahkan ada yang 80 persen (inflasi)," ujarnya.
Melihat inflasi jadi momok menakutkan saat ini, Jokowi meminta pada pembantunya agar kompak sama seperti ketika menangani kasus COVID-19 dua tahun terakhir.
Merespons omongan presiden, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah perlu menjaga resiliensi sebagai shock absorber demi menjaga daya beli masyarakat.
"Karena itu daya beli harus dijaga secara sangat hati-hati. Makanya tadi yang disampaikan dari dunia usaha pertumbuhan kredit sudah meningkat itu semuanya bisa menciptakan pekerjaan, income, dan daya beli," ujar Sri Mulyani dalam acara UOB Economic Outlook 2023 di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis (29/9).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dari sisi stabilitas harga, pemerintah akan bergerak dengan tim pengendali inflasi di pusat dan daerah. Demi mewujudkan hal itu perlu adanya peningkatan kerja sama.
"Ini semuanya adalah cara kita, dan kita menggunakan tools APBN dan bekerja sama dengan BI untuk terus menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dan mendorong pemulihannya," pungkasnya.