news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Resesi Singapura dan Penjelasan Sri Mulyani soal Dampaknya ke Indonesia

16 Juli 2020 8:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani saat melantik Kepala BKF dan Dirut LMAN. Foto: Dok. Kemenkeu RI
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani saat melantik Kepala BKF dan Dirut LMAN. Foto: Dok. Kemenkeu RI
ADVERTISEMENT
Singapura resmi mengalami resesi ekonomi di tahun ini. Selama dua kuartal berturut-turut, ekonomi Negeri Singa itu mengalami kontraksi alias negatif.
ADVERTISEMENT
Selama kuartal II 2020, ekonomi Singapura minus 41,2 persen secara kuartalan (qtq) dan minus 12,6 persen secara tahunan (yoy). Realisasi tersebut jauh merosot dibandingkan kuartal I 2020 yang juga minus 3,3 persen (qtq) dan minus 0,3 persen (yoy).
Berikut kumparan sajikan fakta-fakta mengenai resesi ekonomi Singapura dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia:

Hubungan Dagang Indonesia - Singapura Masih Aman

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengungkapkan, saat ini memang ekonomi Singapura terkontraksi cukup dalam. Namun Suhariyanto menyatakan hubungan dagang Indonesia-Singapura masih berjalan lancar. Bahkan ada kenaikan ekspor dari Indonesia ke Singapura selama Juni 2020.
“Ketika kemarin Singapura mengumumkan resesi, itu adalah posisi April, Mei, Juni. Tetapi bisa dilihat bahwa pada bulan Juni sebetulnya ekspor Indonesia ke Singapura itu masih mengalami peningkatan sebesar USD 137,3 juta,” ungkap Suhariyanto dalam konferensi pers virtual Rabu (15/7).
Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto menyampaikan konpres PDB kuartal III 2019 di Gedung BPS, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Dari data BPS, adapun ekspor Indonesia ke Singapura yang mengalami peningkatan di antaranya adalah logam mulia, perhiasan dan permata. Kemudian mesin dan perlengkapan listrik hingga alat mekanis serta tembakau juga tercatat masih meningkat.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Suhariyanto tidak bisa memastikan apakah ke depan resesi Singapura bakal berdampak pada Indonesia khususnya dalam hubungan dagang.
“Jadi kalau lihat angka ini masih oke. Tapi seberapa dalam pengaruhnya harus dilihat ke depan,” ujarnya.

Indonesia Diminta Kencangkan Sabuk Pengaman

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, mengatakan Indonesia sebenarnya lebih beruntung dibandingkan dua negara tetangga, Malaysia dan Thailand, yang menggantungkan perekonomiannya pada kegiatan ekspor.
Adapun struktur terbesar dalam perekonomian Indonesia adalah konsumsi rumah tangga.
Menurut Piter, resesi ekonomi akibat pandemi virus corona sebenarnya adalah suatu kewajaran, yang hampir terjadi di semua negara.
"Indonesia kita perkirakan juga tidak terelakkan mengalami resesi pada tahun 2020. Kontraksi ekonomi akan terjadi pada kuartal II dan III, bahkan bisa berlanjut ke kuartal IV, selama wabah masih berlangsung, kontraksi ekonomi sulit terelakkan," kata Piter kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Piter mengimbau masyarakat tak perlu khawatir mengenai dampak resesi Singapura ke Indonesia. Menurut dia, yang perlu dilakukan saat ini adalah pemerintah mengencangkan 'sabuk pengaman.'
Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah Redjalam. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Adapun andil utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah konsumsi rumah tangga. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong konsumsi dengan bantuan-bantuan sosial, program keluarga harapan (PKH), serta jaring pengaman sosial lainnya yang dapat mendorong daya beli masyarakat.
"Sekarang semuanya di ambang resesi karena wabah, kita juga di ambang resesi. Tapi kita kan tidak terlalu bergantung kepada ekspor, kita andalkan konsumsi, pemerintah perlu mempercepat sejumlah kebijakan yang mendorong konsumsi," jelas Piter.

Sri Mulyani Waspadai Ancaman Resesi Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai resesi ekonomi yang terjadi di Singapura. Seluruh mekanisme anggaran pun akan digunakan demi mendorong konsumsi, investasi, maupun ekspor.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, resesi yang terjadi di Singapura disebabkan adanya penguncian atau lockdown pada negara tersebut.
Padahal, perekonomian Negeri Singa itu hanya mengandalkan ekspor, sedangkan negara lain pun melakukan penguncian saat masa pandemi virus corona.
"Maka seluruh kegiatannya juga terhenti. Ditambah environment globalnya juga sangat lemah, maka perekonomian dari Singapura itu kan peranan dari global demand sangat besar, karena ekspornya lebih dari 100 persen, domestic demand-nya enggak bisa substitusi," ujar Sri Mulyani usai rapat Banggar DPR RI.

Dampak Resesi Singapura ke Indonesia

Perekonomian Indonesia pada kuartal I 2020 tercatat hanya tumbuh 2,9 persen, anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih 5,07 persen. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 merupakan yang terburuk dalam 20 tahun.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani sebelumnya memproyeksi ekonomi domestik hanya mencapai -0,4 persen hingga tumbuh 1 persen di tahun ini. Hal tersebut karena kontraksi ekonomi akan cukup dalam di kuartal II 2020 akibat pandemi virus corona.
Pada kuartal II 2020, Sri Mulyani memproyeksi ekonomi minus 4,3 persen. Kemudian pada kuartal III ekonomi diprediksi minus 1 persen sampai tumbuh 1,2 persen.
Sementara pada kuartal IV tahun ini, ekonomi diproyeksi mulai pulih dan bisa tumbuh antara 1,6 persen hingga 3,2 persen. Sehingga sepanjang tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi maksimal hanya 1 persen.
Adapun suatu negara disebut masuk dalam jurang resesi ketika ekonominya negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan saat konferensi pers terkait dampak virus corona di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di Indonesia, Sri Mulyani tetap mewaspadai ancaman gelombang resesi. Karena bagaimana pun juga, sektor pembentuk ekonomi Indonesia juga dipengaruhi oleh ekspor. Adapun komponen utamanya adalah konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
ADVERTISEMENT
"Untuk itu kita juga perlu waspadai, bagaimana pun juga, agent of growth kita konsumsi, investasi, ekspor," jelasnya.
Pemerintah pun akan menggunakan seluruh mekanisme anggaran, dalam hal ini belanja APBN untuk mendorong konsumsi rumah tangga.
Namun menurut dia, APBN tentu tak bisa berjalan sendiri, perlu mendapat katalis dari sektor lainnya, seperti keuangan dan perbankan, dunia usaha, hingga pemerintah daerah.
"Makanya kita gunakan kemarin penempatan dana pemerintah di perbankan, luncurkan kredit penjaminan, sehingga antara bank dan korporasi, dunia usaha, terutama UMKM bisa pulih kembali. Karena itu salah satu darah perekonomian kita yang mestinya bisa jalan lagi," kata Sri Mulyani.
Untuk memberikan stimulus di daerah, Sri Mulyani bilang, pemerintah akan memberikan pinjaman untuk pemda dengan total Rp 15 triliun. Pinjaman ini bisa digunakan kepada daerah-daerah yang Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT