Riset Mekari: Bisnis Perusahaan Lancar di Ramadan Meski Jam Kerja Karyawan Turun

5 April 2024 16:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi karyawan berdiskusi di kantor. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi karyawan berdiskusi di kantor. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Riset yang dilakukan Mekari, perusahaan software untuk sistem manajemen SDM hingga UMKM, menunjukkan bahwa jam kerja karyawan yang menurun selama Ramadan tak mempengaruhi kinerja perusahaan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan riset Mekari pada 1 juta pengguna dan 35.000 bisnis di lebih dari 20 kota di Indonesia, menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan masih memiliki siklus bisnis yang sehat selama Ramadan. Penyesuaian jam kerja banyak dilakukan oleh perusahaan dan karyawan untuk mengakomodasi puasa.
Head of Business Mekari Talentaaktu, Stevens Jethefer, mengatakan bahwa jam masuk kantor atau clock in pekerja di institusi pemerintah mundur 20 menit dari biasa. Sementara waktu pulang kantor atau clock-out maju 1 jam lebih awal. Perubahan jam kerja sesuai peraturan presiden yang telah dikeluarkan.
“Untuk perusahaan non-pemerintah, data menunjukkan bahwa karyawan tetap clock-in di jam yang sama di luar bulan Ramadan. Namun, mereka cenderung clock-out lebih awal agar bisa berbuka di rumah,” ujar Stevens dalam keterangannya, Jumat (5/4).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, karyawan juga umumnya mengundurkan diri atau resign, setelah menerima tunjangan hari raya (THR) Idul Fitri. Namun, tren pengunduran diri sudah terdeteksi sejak awal periode Ramadan di antara 10 Maret-20 Maret 2024, karyawan yang resign meningkat 220 persen atau lebih dari dua kali lipat, dibandingkan dengan periode sebelum Ramadan di antara 28 Februari-9 Maret 2024.
“Memang, bursa kerja menjadi lebih cair saat Ramadan karena ada perputaran talenta di dalam dan di antara perusahaan,” katanya.
Stevens menambahkan bahwa teknologi menjadi salah satu tools yang bisa digunakan perusahaan untuk mengatur pekerjaan dan ketersediaan sumber daya manusia SDM selama ramadan dan Lebaran.
“Teknologi berupa solusi human resource berbasis awan mempermudah HR melakukan berbagai pengaturan ulang, mulai dari mengubah clock in-clock out time bagi karyawan hingga memperkirakan kebutuhan tenaga kerja yang harus piket selama saat Lebaran,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, bagi perusahaan, ramadan dan Lebaran identik dengan penyelarasan jam kerja untuk mengakomodasi puasa, pengaturan cuti bagi karyawan yang mudik, dan pengunduran diri atau resign karyawan.
“Semua hal tersebut perlu dikelola dengan baik agar perusahaan bisa menjaga keseimbangan antara produktivitas dengan memberikan karyawan kesempatan untuk menjalankan Ramadan dan Lebaran,” tambahnya.
Tahun ini, pemerintah menetapkan cuti bersama Lebaran sebanyak empat hari sehingga menggenapkan libur menjadi seminggu penuh. Libur yang melimpah berdampak pada pengajuan cuti karyawan, hanya 4 persen dari mereka menggunakan jatah cuti pribadi untuk Lebaran.
Sektor real estate, layanan konsumen, serta informasi dan teknologi merupakan perusahaan dengan persentase tertinggi karyawan yang cuti. Sebanyak 5 persen dari karyawan di perusahaan-perusahaan tersebut mengambil cuti untuk Lebaran.
ADVERTISEMENT