Risiko Ekonomi Tinggi, Defisit APBN Maksimal 3 Persen Bisa Tercapai di 2023?

22 April 2022 14:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) memaparkan realisasi APBN 2020 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (19/2). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) memaparkan realisasi APBN 2020 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (19/2). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Perang Rusia-Ukraina menambah risiko terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia. Padahal di tahun depan, defisit APBN harus diturunkan menjadi maksimal 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
Sejak pandemi COVID-19, angka defisit diperbolehkan melebar dengan syarat hanya 3 tahun. Tahun 2020, dari target 6,34 persen, realisasi defisit sebesar 6,09 persen. Adapun tahun ini, pemerintah menargetkan defisit APBN sebesar Rp 868 triliun atau 4,85 persen dari PDB. Sri Mulyani menegaskan upaya untuk menurunkan defisit tidak akan menghambat tren pemulihan ekonomi.
"Struktur APBN akan kembali mengikuti seperti sebelum terjadinya pandemi, yakni postur di bawah 3 persen. Kami akan buat langkah detail Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) yang dipresentasikan di DPR, sebagai penyusunan bahan RAPBN tahun 2023,” ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam konferensi pers setelah rapat kabinet, Rabu (16/2).
Di lain kesempatan, Lead Adviser and Economics, Finance and Inclusion Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian (Prospera), Anton Hermanto Gunawan, menyebut APBN maish akan berada dalam tekanan akibat situasi global. Namun, pemerintah juga harus mencapai defisit fiskal di bawah 3 persen tahun depan.
ADVERTISEMENT
Menurut Anton, pemerintah membutuhkan dukungan sosial untuk mencapai hal tersebut. Anton optimistis, negara dapat mengembalikan defisit fiskal menuju 3 persen.
"Baik dari sisi fiskal maupun Bank Indonesia yang independen. Belum lagi urusan kita, orang-orang juga melihat kebijakan keluar yang kredibel," kata Antondalam Strengthening Economic Recovery Amidst Heightened Uncertainty, Jumat (22/4).
Pasar keuangan keuangan dan investasi, tambah Anton, masih perlu melihat komitmen kuat dari pemerintah Indonesia untuk kebijakan yang prudent.
***
Ikuti giveaway kumparanBISNIS dan dapatkan hadiah saldo digital total Rp 1,5 Juta, klik di sini. Kegiatan giveaway ini terbatas waktunya, ayo segera gabung!