Risma Jengkel Data Kemiskinan Berantakan, Penyaluran Bansos Jadi Terkendala

13 Januari 2021 18:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di dapur umum pemkot Surabaya, Jumat (29/5).  Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di dapur umum pemkot Surabaya, Jumat (29/5). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kementerian Sosial (Kemensos) melaporkan realisasi penyaluran bantuan sosial (bansos) sepanjang 2020 hanya mencapai 97,09 persen. Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengatakan program bansos tidak mencapai target 100 persen karena ada beberapa kendala salah satunya yaitu data yang tidak valid.
ADVERTISEMENT
Termasuk di dalamnya yaitu data kemiskinan yang berantakan alias tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Risma pun berkomitmen pihaknya bakal membereskan masalah data kemiskinan agar ke depan bansos bisa disalurkan tepat sasaran.
“Karena itu yang kita lakukan pada 2021 adalah adalah bagaimana kami memperbaiki data,” ujar Risma dalam rapat bersama Komisi VIII DPR RI, Rabu (13/1). Risma merinci hal pertama yang akan dikerjakan Kemensos adalah menetapkan parameter untuk kemiskinan.
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Menurut Risma parameter kemiskinan harus ditetapkan berdasarkan kondisi masing-masing daerah. Sebab kondisi tiap daerah di Indonesia berbeda-beda sehingga mustahil jika parameternya seragam.
“Jadi ada yang memang nanti harus kita perhatikan secara khusus. Jadi nanti ke depannya kami akan memberikan bantuan atau parameter dengan parameter khusus. Misalnya Papua mungkin tidak sama dengan daerah lain,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Risma pun menargetkan penyusunan parameter tersebut bisa segera selesai pada akhir Januari 2021.
“Akhir bulan ini kita harus bisa tetapkan untuk parameter kemiskinan. Supaya bisa tepat di tiap daerah sehingga tidak semua bisa disamakan,” ujarnya. Meski demikian, Risma menyadari penentuan parameter baru ini artinya pihaknya juga harus mendata ulang jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Selain itu dengan menggunakan parameter baru, ada kemungkinan jumlah masyarakat miskin berkurang atau bisa juga bertambah.
Namun Risma menegaskan pihaknya siap dengan konsekuensi tersebut demi mendapatkan data yang valid agar penyaluran bansos betul-betul tepat sasaran.
“Mungkin jumlahnya (masyarakat miskin) akan meningkat atau mungkin jumlahnya akan berkurang dengan begitu. Tapi sekali lagi karena memang kondisinya yang berbeda sehingga parameternya akan menjadi berbeda,” tandasnya.
ADVERTISEMENT