news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rizal Ramli: Singapura Resesi Masih Bisa Kasih Makan Rakyat, Kita Enggak

14 Agustus 2020 20:01 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rizal Ramli. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rizal Ramli. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli menilai, pemerintah Indonesia mengkritik sikap pemerintah Indonesia yang menganggap enteng ancaman resesi. Ia meminta pejabat pemerintah agar tak membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan Singapura.
ADVERTISEMENT
Meski Indonesia belum masuk jurang resesi, tapi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 yang minus 5,32 persen menjadi peringatan. Menurutnya, dalam kondisi resesi pun, Singapura masih bisa memberi warganya makan karena masuk golongan negara maju. Sedangkan Indonesia tidak.
Sebagai pembanding, pendapatan per kapita Singapura mencapai USD 59.590 per tahun. Sedangkan pendapatan per kapita Indonesia hanya USD 4.050 per tahun.
"Jangan sok jago bandingkan Indonesia lebih bagus dari Singapura yang anjlok. Hei, pendapatan rakyat Singapura sama seperti negara maju sekitar USD 59 ribu per kaputa. Jadi sesusah-susahnya Singapura, mereka bisa kasih makan rakyat. Kita mah enggak. Yang lapar makin banyak," katanya dalam acara Ngobrol Perkembangan Indonesia Bareng Rizal Ramli secara virtual, Jumat (14/8).
com-Ilustrasi Negara Singapura Foto: Shutterstock
Menurut Rizal, ekonomi Singapura anjlok karena selama ini bergantung pada ekspor. Kata dia, kontribusi ekspor Singapura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 175 persen.
ADVERTISEMENT
Ketika roda ekonomi dunia pulih, Singapura pun akan cepat bangkit dari resesinya. Sementara Indonesia, menurutnya tidak bisa sekencang Singapura karena pendapatan warganya jauh lebih rendah dari penduduk Singapura.
"Jadi enggak fair kalau katakan kita lebih baik dari Singapura. Penganggurannya berkurang enggak di Indonesia? Jadi indikatornya bukan hanya pertumbuhan ekonomi tapi indeks kemanusiannya, cukup enggak makanan, pendidikannya bagus enggak? Itu yang harusnya jadi indikator," ujar dia.