Rupiah Anjlok ke Rp 16.412 per Dolar AS, Impor BBM Bisa Bengkak

15 Juni 2024 13:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 142 poin menjadi Rp 16.412 per dolar AS pada Jumat (14/6). Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp 16.270.
ADVERTISEMENT
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan mata uang rupiah ini akan berdampak terhadap harga-harga komoditas impor. Beberapa di antaranya yaitu pupuk, alat elektronik, dan minyak mentah.
"Yang kita tahu bahwa minyak mentah Indonesia ini saat ini impor untuk minyak itu 200 ribu barrel per hari. Artinya apa? Bisa saja akan dikurangi dan ini sudah terlihat dari apa? Dari BBM bersubsidi yang semakin sulit, ya baik Pertalite maupun Biosolar," ujar Ibrahim dikutip, Sabtu (15/6).
Rupiah yang bergerak di atas Rp 16.350 per dolar AS ini dipicu oleh perang dagang Uni Eropa, Amerika Serikat dengan Tiongkok yang semakin panas setelah Uni Eropa menerapkan tarif tinggi untuk komponen mobil listrik dan aki listrik.
ADVERTISEMENT
"Salah satu penyebabnya adalah perang dagang yang kembali bergulir antara Amerika dengan Tiongkok, kemudian Uni Eropa dengan Tiongkok, di mana Uni Eropa dan Amerika memberikan biaya impor untuk otomotif, mobil listrik itu begitu besar," kata Ibrahim.
Petugas mengisi bahan bakar minyak ke kendaraan konsumen di SPBU 5483203, Mataram, NTB, Kamis (4/4/2024). Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
"Sehingga ini akan ada perlawanan dari Tiongkok sendiri akan memperlakukan juga biaya impor terhadap produk-produk yang datang dari Uni Eropa dan Amerika," tambahnya.
Ibrahim mengatakan kondisi di Tiongkok ini berpengaruh terhadap Nilai tukar rupiah. Sebab, Tiongkok salah satu negara ekonomi terbesar kedua di dunia, ini yang membuat indeks dolar menguat, sehingga rupiah pun juga ikut melemah.
"Pelemahan rupiah ini juga kemungkinan besar akan berdampak dengan cadangan devisa Indonesia yang kemungkinan akan tergerus. Ya, di bulan ini ya kemudian ekspor-impor kita pun juga kemungkinan akan sedikit mengalami penurunan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk perdagangan senin depan, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.400 sampai Rp 16.470.