Rupiah dan IHSG Akankah Terus Moncer? Simak Pandangan Analis

9 Juni 2020 8:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi IHSG. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi IHSG. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjelang new normal, perekonomian tampak menunjukkan tanda-tanda adanya pemulihan. Misalnya saja dilihat pada nilai tukar rupiah dan IHSG yang perlahan moncer. Benarkah?
ADVERTISEMENT
Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengamini hal itu. Dia memprediksi, rupiah dalam perdagangan hari ini akan menguat cukup tajam antara 100 hingga 200 point di range 1 yaitu Rp 3.695- Rp 13.900 per dolar AS.
"Dalam perdagangan hari ini, rupiah kemungkinan akan menguat cukup tajam 100-200 point di range Rp 13.695- Rp 13.900 (Per USD)," ujar Ibrahim kepada kumparan, Selasa (9/6).
Pada perdagangan Senin sore kemarin (8/6), rupiah ditutup melemah tipis 7 point di level Rp 13.885 dari penutupan sebelumnya di level Rp 13.892 per dolar AS.
Dia bilang, penguatan rupiah salah satunya terjadi seiring banyaknya stimulus dan suku bunga rendah bahkan negatif di berbagai negara.
Sehingga, mengakibatkan arus modal asing kembali membanjiri pasar valas, obligasi dan SUN di dalam negeri karena pelaku pasar mencari imbal hasil yang yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
"Negara yang di anggap aman untuk menginvestasikan dananya serta mendapat rekomendasi dari pemeringkat rating internasional yaitu Moddys Ratings dan Fich Ratings, sehingga wajar kalau Bank Indonesia pada rilis Senen 8 Juni 2020, cadangan devisa indonesia per akhir Mei meningkat USD 2,6 miliar," terang dia.
Di sisi lain, rupiah yang menguat juga dipengaruhi oleh data tenaga kerja AS dan tingkat pengangguran pada Mei 2020 yang mengalami peningkatan. Dan hal itu, kata dia, di luar ekspektasi para analis.
Data NFP AS per Mei 2020, menunjukkan pertambahan jumlah orang yang dipekerjakan di luar sektor pertanian dan pemerintah sebesar 2,5 juta orang.
Padahal sebelumnya, para analis memperkirakan terjadi pengurangan sebesar 7,7 juta. Tingkat pengangguran turun menjadi 13,3 persen dari sebelumnya 14,7 persen.
ADVERTISEMENT
"Namun positifnya, data tenaga kerja tersebut tidak bisa mengangkat penguatan indeks dolar karena secara bersamaan di penjuru negara bagian AS sedang terjadi gelombang demonstrasi yang menjurus kerusuhan akibat isu rasisme bahkan sudah menyebar ke berbagai negara di dunia," kata dia.
Tak hanya rupiah, tanda positif pun terjadi pada IHSG. Head of Research MNC Sekuritas, Edwin Sebayang mengatakan IHSG diprediksi mengalami penguatan di atas level 5.100 dalam perdagangan Selasa (9/6) ini.
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Setelah sepekan lalu, kata dia, DJIA menguat tajam sebesar +6,8 persen, ternyata tren penguatan DJIA justru berlanjut menyusul DJIA Senin (8/6) kembali menguat +1,70 persen.
Menurutnya, ini terjadi seiring ekspektasi cepat pemulihan ekonomi AS setelah berlanjutnya pembukaan di banyak negara bagian (sudah hampir 80 persen dibuka). Serta adanya penambahan 2.5 juta pekerjaan baru di bulan Mei 2020 (padahal konsensus memperkirakan akan anjlok 8 juta pekerjaan).
ADVERTISEMENT
"Ini berpotensi menjadi sentimen positif untuk Selasa ini dan jika dikombinasikan dengan penguatan cukup tajam EIDO sebesar +4,32 persen maka akan menjadi faktor pendorong bagi IHSG untuk kembali menguat di atas level 5.100," ujarnya di kesempatan berbeda.
Ia melanjutkan, naiknya harga komoditas seperti Gold +0,96 persen, Tin +1,50 persen, Nikel +1,06 persen dan CPO +0,80 persen berpotensi menjadi katalis pendorong penguatan IHSG serta saham berbasis komoditas tersebut dalam perdagangan Selasa ini.
"Kami merekomendasikan agar sangat selektif jika investor ingin melakukan buy atau swing trade, maka dapat fokus atas saham dari sektor Bank, Properti, Infrastruktur, Konstruksi, Industri Dasar dan CPO dalam perdagangan Selasa ini," tandasnya.