Rupiah di Level Rp 13.000 per Dolar, BI Optimistis Nilai Tukar Makin Perkasa

5 Juni 2020 16:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah siang hari ini sempat menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah akhirnya menguat ke level Rp 13.000 atau posisi tertingginya sebelum terdampak pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Mengutip data Bloomberg, Jumat (5/6), nilai tukar rupiah hari ini pada pukul 12.26 WIB bergerak menguat terhadap dolar AS di Rp 13.885,00 atau naik 210,00 poin (1,49 persen). Sementara sejak awal tahun (year to date), rupiah masih tertekan 0,14 persen. Sedangkan untuk kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR), kurs rupiah terhadap dolar hari ini dipatok di posisi Rp 14.100,00.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis bahwa nilai tukar rupiah masih akan berpotensi menguat dalam beberapa waktu ke depan.
“Nilai tukar rupiah Alhamdulillah siang ini sudah tembus di bawah Rp 14 ribu. Sekarang diperdagangkan bid Rp 13.885 offer Rp 13.960 itu menunjukkan penguatan sejalan pandangan kami bahwa nilai tukar rupiah untuk hari ini kami pandang undervalue sehingga ke depan berpotensi menguat,” ungkap Perry dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/6).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Menurut Perry, rupiah masih undervalue karena inflasi dan defisit transaksi berjalan yang rendah. Selain itu rupiah perkasa juga disebabkan oleh perbedaan suku bunga di dalam dan luar negeri.
ADVERTISEMENT
Interest rate differential SBN 7,06 persen untuk 10 tahun. Suku bunga US treasury 0,8 persen berarti perbedaannya 6,2 persen itu tinggi perbedaannya dan sebagai salah satu imbal hasil investasi aset keuangan, Indonesia masih tinggi. Itu salah satu indikatornya,” ujar Perry.
Selain itu, faktor lain yang membuat BI optimistis nilai tukar rupiah masih akan menguat dalam beberapa waktu ke depan yaitu premi risiko untuk credit default swap (CDS) yang mulai menurun. Adapun saat ini CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun berada pada level 126.
Angka ini turun cukup jauh dibandingkan saat pandemi COVID-19 baru terkonfirmasi di Indonesia atau sekitar bulan Maret 2020. Saat itu CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun berada di level 245.
ADVERTISEMENT
“Tapi kalau dibandingkan tingkat sebelum COVID itu masih tinggi karena sebelum COVID sekitar 66-68 sehingga premi risiko pasca COVID Insyaallah lebih rendah dari 126. Dan dengan premi risiko yang lebih rendah nilai tukar rupiah menguat ke depan, potensi itu ada,” tandasnya.