Rupiah Makin Menguat ke Rp 14.704/Dolar AS: Importir Untung, Eksportir Buntung
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menilai salah satu faktor penguatan rupiah yaitu pengetatan suku bunga negara maju juga sudah relatif tidak seagresif sebelumnya, sehingga tekanan capital outflow (keluarnya aliran modal asing) dari Indonesia sudah berkurang.
Selain itu, kondisi ini juga ditambah dengan performa ekspor Indonesia yang masih cukup solid sejauh ini, terlihat dari kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2023 kembali surplus sebesar USD 2,91 miliar.
Menurut Riefky, penguatan nilai tukar rupiah ini akan menguntungkan kegiatan impor lantaran biaya impor akan lebih murah, sehingga akan meningkatkan produktivitas importir .
"Penguatan Rupiah juga akan membuat cost of import relatif lebih murah sehingga mendorong penguatan impor yang mendukung kegiatan produksi dalam negeri mengingat profil impor kita 90 persen merupakan bahan baku dan barang modal," jelasnya kepada kumparan, Selasa (2/5).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, lanjut Riefky, penguatan rupiah akan berdampak negatif pada kegiatan ekspor, di mana harga barang akan menjadi lebih mahal. Namun, dia memastikan saat ini dampak tersebut belum terasa signifikan.
"Untuk ekspor sebetulnya akan membuat ekspor kita lebih mahal secara relatif, namun dengan demand (permintaan) global yang masih cenderung kuat, ekspor kita masih cukup baik pertumbuhannya sejauh ini," lanjut dia.
Sementara itu, Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Benny Soetrisno, juga menilai penguatan rupiah akan berdampak positif terhadap kegiatan impor, namun negatif kepada kegiatan ekspor.
"Penguatan rupiah saat ini mengakibatkan menurunya kompetitifnya barang barang ekspor dan memberikan gairah pedagang berbasis impor," kata Benny.
Meski demikian, Benny berpendapat penguatan rupiah saat ini masih belum terlalu besar bagi para pedagang, sehingga dampaknya belum terasa signifikan.
ADVERTISEMENT
"Logicnya memang begitu, namun penguatan rupiah masih belum significant nilai penguatannya," pungkas dia.