Rupiah Melemah, Bank Indonesia Malah Surplus Rp 13,2 Triliun

21 November 2022 18:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menghitung uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) pada 2022 akan mencatatkan surplus sebesar Rp 13,02 triliun sampai akhir tahun. Surplus terjadi di tengah nilai tukar rupiah yang fluktuatif dengan tren melemah terhadap dolar AS.
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 29 poin di level Rp 15.712 per dolar AS dalam penutupan perdagangan sore ini, Senin (21/11).
Menurutnya, surplus anggaran Bank Indonesia sepanjang tahun ini diperoleh dari hasil surplus anggaran operasional yang diperkirakannya sebesar Rp 15,33 triliun, sedangkan anggaran kebijakan defisit sebesar Rp 2,3 triliun. Sementara itu, untuk seluruh penerimaan pada 2022 akan mencapai Rp 109,71 triliun atau 105,22 persen dari target ATBI tahun ini Rp 104,26 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Lalu, total pengeluaran Rp 96,68 triliun atau 88,19 persen dari target tahun ini Rp 109,64 triliun. Kemudian, dari sisi penerimaan anggaran operasional prognosanya mencapai Rp 28,57 triliun atau 100,55 persen dari target sedangkan pengeluaran anggaran operasional Rp 13,24 triliun atau 92,65 persen.
ADVERTISEMENT
"Berasal dari hasil pengelolaan aset valas meski cadangan devisa turun, tapi karena imbal hasil suku bunga luar negeri naik sehingga itu secara keseluruhan bisa mencapai prognosa 100,45 persen," kata dia.
Ia menjelaskan juga pengeluaran anggaran operasional realisasi terbesarnya untuk gaji dan penghasilan lainnya, manajemen sumber daya manusia, logistik, penyelenggaraan operasional kegiatan pendukung, maupun juga mengenai program sosial BI dan pemberdayaan sektor riil hingga UMKM.
"Anggaran kebijakan yang diperkirakan defisit berasal dari total prognosa penerimaan anggaran kebijakan yang sebesar Rp 81,13 triliun sedangkan pengeluaran anggaran kebijakan Rp 83,44 triliun," pungkasnya.