Rusia Bela Iran soal Sanksi Ekonomi, Perusahaan Migas AS Bisa Bangkrut

24 September 2018 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak (Foto: Reuters/Todd Korol)
ADVERTISEMENT
Rusia kemungkinan akan menaikkan produksi minyaknya ke posisi tertinggi, menyikapi sanksi Amerika Serikat (AS) ke Iran yang menghambat bisnis perminyakan negara itu. Jika ini terjadi, akan banyak perusahaan minyak dan gas (migas) AS yang gulung tikar.
ADVERTISEMENT
Menteri Energi Rusia, Alexander Novak, mengatakan bisa mengembalikan produksi minyak seperti pada Oktober 2016. “Saya kira kita memastikan angkanya, hanya saja dapat saya katakan bahwa kita memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi kita," katanya dalam wawancara khusus dengan CNBC di Aljazair, Minggu (23/9).
Pernyataan serupa pernah dilontarkan Novak kepada Reuters, Mei lalu. Mengutip data Reuters, produksi minyak Rusia pada Oktober 2016 mencapai 11,3 juta barel per hari. Sementara pada kuartal II dan III tahun ini, rata-rata produksi minyak Rusia sebesar 10,97 juta barel per hari.
Dengan produksi minyak yang meningkat, harga akan relatif tertekan. Akibatnya minyak produksi AS yang dipompa dari celah serpihan batu (shale oil), sulit bersaing di pasar global, karena biaya eksploitasinya jauh lebih mahal.
Logo Gazprom di Gedung Putih Moskow. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Logo Gazprom di Gedung Putih Moskow. (Foto: Reuters)
Kejatuhan harga minyak sejak awal 2017 lalu, akibat melimpahnya produksi, telah membuat sejumlah perusahaan migas AS bangkrut. Negara-negara OPEC dan mitra mereka dari non-OPEC yang dipimpin Rusia, kemudian bersepakat menahan produksi, untuk mendongkrak harga minyak dunia.
ADVERTISEMENT
Presiden AS Donald Trump telah memutuskan sanksi ekonomi ke Iran. Mulai 4 November 2018 nanti, sanksi itu akan mencakup industri keuangan dan perbankan, serta bisnis minyak dan gas (migas). Dengan sanksi ini, AS melarang negara-negara konsumen minyak Iran untuk membeli minyak dari negara tersebut.
Akibat sanksi ini, sejumlah investasi negara-negara Eropa di sektor perminyakan di Iran, juga terhenti. Eropa telah meminta pengecualian dari pengenaan sanksi tersebut, namun Menlu AS Mike Pompeo dan Menkeu Steven Mnuchin menolak permohonan tersebut.
Sebelumnya, Novak mengkritik sanksi AS terhadap Iran sebagai tindakan tidak produktif dan salah. Dia juga menyatakan, “Setiap tindakan yang salah tentu akan ada konsekuensinya."