Rusia dan China Ingin Negara Asia Masuk BRICS, Indonesia Minat?

21 Juni 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi BRICS Summit. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi BRICS Summit. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Perdana Menteri, Tiongkok Li Qiang baru saja melakukan pertemuan di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara tersebut ingin negara di Asia masuk kelompok BRICS.
ADVERTISEMENT
Adapun, BRICS merupakan organisasi antarpemerintah yang dibentuk pada 2006. Mulanya, anggota kelompok ini terdiri dari Brasil, Rusia, India dan Cina. BRICS kemudian diikuti Afrika Selatan setahun setelah konferensi tingkat tinggi (KTT) pertamanya pada 2009. Negara-negara lain yang baru-baru ini telah bergabung dengan BRICS adalah Etiopia, Iran, Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA).
Mengutip Bloomberg, Jumat (21/6), menjelang kunjungan Li ke Malaysia, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengungkapkan niatnya untuk bergabung dengan blok tersebut setelah jumlahnya bertambah dua kali lipat tahun ini dengan memikat negara Asia. Mereka menawarkan akses terhadap pendanaan serta memberikan dukungan politik.
Tak hanya itu, Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sangiampongsa juga mengumumkan keinginan negeri gajah putih tersebut masuk keanggotaan BRICS.
ADVERTISEMENT
“Blok tersebut mewakili kerangka kerja sama selatan-selatan yang telah lama diinginkan Thailand untuk menjadi bagiannya,” kata Maris Sangiampongsa kepada wartawan pekan lalu.
Sejumlah pemimpin negara berpose di BRICS Summit di Afrika Selatan. Foto: ALET PRETORIUS/REUTERS
Salah satu keuntungan negara Asia masuk BRICS adalah untuk memitigasi risiko ekonomi. Imbas semakin ketatnya persaingan AS-Tiongkok. Serta untuk menunjukkan rasa frustrasi yang semakin meningkat terhadap tatanan internasional yang dipimpin AS dan lembaga-lembaga utama yang masih tetap berada dalam kendali negara-negara Barat, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
“Beberapa dari kita, termasuk orang-orang seperti saya, berpikir bahwa kita perlu menemukan solusi terhadap arsitektur keuangan dan ekonomi internasional yang tidak adil,” kata mantan Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah dalam sebuah wawancara.
“Jadi BRICS mungkin akan menjadi salah satu cara untuk menyeimbangkan beberapa hal,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Putin dan Xi, ketertarikan terhadap BRICS juga menunjukkan keberhasilan mereka dalam melawan upaya AS dan sekutunya akibat perang di Ukraina dan ancaman militer terhadap Taiwan, Filipina, Korea Selatan, dan Jepang.
Jokowi di acara HUT HIPMI ke-52. Foto: Dok. Tangkapan YouTube HIPMI TV
Sebelumnya, Presiden Jokowi angkat bicara tentang kabar bahwa Indonesia akan masuk BRICS. "Nanti diputuskan," kata Jokowi usai peresmian Indonesia Arena di kawasan GBK, Jakarta, Senin (7/8/2023).
Kabar bahwa Indonesia akan gabung BRICS terlihat kala Menlu Retno Marsudi menghadiri pertemuan menteri BRICS pada Juni 2023 lalu secara virtual.
Pada pertemuan itu Retno mengajak negara-negara BRICS untuk memperjuangkan hak pembangunan setiap negara dan memperkuat multilateralisme. Retno turut memuji inisiatif BRICS membentuk Bank Pembangunan Baru.
Menurut Retno itu menghadirkan perspektif segar dalam sistem keuangan global yang sudah kedaluwarsa. Dikutip dari situs kemlu.go.id, Indonesia telah diundang pada sejumlah pertemuan BRICS di bawah keketuaan Afrika Selatan.
ADVERTISEMENT