Saham dan Emas Fluktuatif, Lalu Harus Investasi ke Mana?

18 Oktober 2020 10:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Refleksi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/9). Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Refleksi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/9). Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di tengah wabah corona, memilih investasi harus dilakukan dengan hati-hati. Sebab, banyak instrumen yang terpengaruh pada laju penularan virus COVID-19. Salah satunya saham yang bergerak naik turun.
ADVERTISEMENT
Pada penutupan perdagangan Jumat (16/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah. IHSG ditutup melemah 1,736 poin (0,03 persen) ke 5,103,414.
Sementara indeks LQ45 ditutup naik 0,572 poin (0,07 persen) ke 783,452. Sebanyak 179 saham naik, 228 saham turun, dan 166 saham stagnan.
Meski begitu, berdasarkan rilis Bursa Efek Indonesia, catatan IHSG selama sepekan mengalami penguatan 0,98 persen. Dengan penguatan ini, kapitalisasi pasar di bursa saham naik 0,99 persen menjadi Rp 5.935,39 triliun. Padahal pada pekan sebelumnya kapitalisasi pasarnya tercatat Rp 5.877,47 triliun.
Sementara itu, rata-rata frekuensi harian tercatat naik signifikan hingga 34,57 persen menjadi 778.929 kali. Sedangkan pada pekan lalu, rata-rata frekuensi harian mencapai 578.849 kali.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, harga emas masih menjanjikan karena terjaga di level Rp 1 juta per gram meski mengalami fluktuasi selama sepekan ini. Berdasarkan catatan kumparan, harga emas pada Senin (12/10) sempat turun Rp 2.000 per gram menjadi Rp 1.017.000 per gram.
Sedangkan pada Sabtu (17/10), harga emas juga turun Rp 3.000 per gram menjadi Rp 1.008.000 per gram. Itu artinya, selama sepekan, harga emas terkoreksi sebesar Rp 9.000 per gram.
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, mengatakan, emas masih menjadi salah satu instrumen yang bisa diandalkan karena risikonya rendah di tengah kelesuan ekonomi saat ini.
"Seperti logam mulia, deposito, obligasi ritel, sukuk ritel, SBN, reksadana berbasis pasar uang atau reksadana berbasis pendapatan tetap," kata Andy dikutip kumparan, Minggu (18/10).
Ilustrasi Emas Antam. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Untuk investasi obligasi ritel, saat ini pemerintah masih membuka pemesanan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI018. Investasi ORI ini bisa menjadi pilihan alternatif karena menawarkan kupon tetap (fixed rate) di tengah ketidakpastian dunia usaha akibat wabah corona.
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Perencanaan Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif Direktorat Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Herman Sary Tua mengatakan, untuk seri ORI018, kupon yang ditawarkan sebesar 5,70 persen dan target pengumpulan dana Rp 5 triliun. Batas waktu pemesanan hingga 21 Oktober atau 9 hari lagi.
"Meski batas akhirnya 21 Oktober 2020 pukul 10 pagi. Tapi jangan ditunda-tunda karena jika sudah sesuai kuota (Rp 5 triliun) sebelum 21 Oktober, sudah tidak pesan lagi. Sistemnya dia pesan, dia bayar," ujar Herman dalam webinar virtual ORI018 Sebagai Alternatif Pilihan Investasi yang diadakan PT BRI Tbk (Persero), Senin (12/10).
ORI018 bisa dibeli dengan minimal pemesanan Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. Obligasi ini memiliki tenor 3 tahun dan jatuh tempo pada 15 Oktober 2023. Pembayaran kupon yang dilakukan pemerintah akan berlangsung pada tanggal 15 setiap bulan, dengan pembayaran kupon pertama pada 15 Desember 2020.
ADVERTISEMENT
Selain kupon yang diberikan tetap, kelebihan lain dari ORI018 adalah bisa dijual sebelum jatuh tempo 3 tahun, tergantung bank atau mitra tempat membeli produk ini. Salah satu bank yang bisa menerima penjualan dan pembelian kembali (buyback) ORI018 adalah Bank BRI.
"Bisa dijual sebelum jatuh tempo, namanya pasar sekunder. Ini menariknya ORI. Sebelum jatuh tempo 3 tahun, kita bisa jual. Sangat likuid. Kecenderungannya ORI ini meningkat meski yield-nya turun. Buyback pun bisa, setelah tanggal 15 setiap bulan," kata Private Banker Bank BRI.