Saham GoTo Sempat Turun Berimbas ke Telkom, Stafsus Erick: Beda dengan Jiwasraya

18 Mei 2022 10:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga (tengah) di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (19/11). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga (tengah) di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (19/11). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian BUMN buka suara soal investasi yang dilakukan PT Telkom melalui anak usahanya, PT Telkomsel, terhadap PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Pasalnya, saham GoTo terus turun.
ADVERTISEMENT
Sempat menyentuh level Rp 378 per saham pada 18 April 2022, saham GoTo siang ini berada di posisi Rp 212. Merahnya saham GoTo ini ramai dibahas di media sosial karena disebut terdapat unrealized loss sebesar Rp 881 miliar.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, mengatakan bahwa kerugian ini merupakan hal yang wajar di dunia investasi. Dia bilang, investasi Telkomsel kepada GOTO ini merupakan proses bisnis jangka panjang.
"Telkomsel ini dia bisnis long time, bukan jangka pendek. Saham naik turun biasa, toh naik turun juga. Yang penting Telkomsel itu punya bisnis di sana," ujarnya kepada wartawan di Sarinah, Selasa (17/5).
Arya melanjutkan, investasi di GOTO memiliki potensi bisnis yang besar, ada 2,5 juta driver Gojek yang bisa dikonversi menjadi pelanggan Telkomsel. Dia mengasumsikan, jika pengeluaran pulsa Rp 50.000 per hari saja, Telkomsel bisa untung besar.
ADVERTISEMENT
"Belum lagi kita pakai GoShop, belum lagi ada advertising dan sebagainya, itu ada 11 komponen bisnis antara Telkomsel dengan Gojek, totalnya diperkirakan sekitar, bisnis yang sudah berjalan, itu USD 370 juta, itu hampir Rp 5 triliun lebih, itu bisnis Telkomsel di sana," jelas Arya.
Dia pun menuturkan, investasi saham Telkomsel di GOTO bukan hal yang gegabah, mengingat pemilik saham Telkomsel tidak hanya Telkom, tapi juga Singtel. Selain itu, pemilik GOTO juga merupakan investor-investor besar seperti Seabank dan Google.
"Jadi ini bisnis panjang, bukan jenis pendek. Bedakan dengan Jiwasraya, Jiwasraya ketika dia masuk beli saham, dia itu enggak masuk bisnisnya, dia hanya nunggu investasi saham," tutur Arya.
Dengan demikian, Arya menegaskan bahwa kekhawatiran publik soal unrealized loss Telkomsel sebesar Rp 881 miliar ini tidak beralasan. Investasi ini bukan berbentuk trading saham, melainkan proses bisnis yang wajar bisa naik turun nominalnya.
GoTo resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4). Foto: Dok. GoTo
Adapun soal unrealized loss atau kerugian yang belum terealisasi Telkomsel sebesar Rp 811 miliar dari investasinya di GOTO ramai dibicarakan di media sosial Twitter. Akun @taktekbum menyebarkan tangkapan layar tulisan milik Agustinus Edy Kristianto di Facebook.
ADVERTISEMENT
Agustinus menyoroti kasus investasi Telkomsel kepada GOTO yang sarat konflik kepentingan. Pada 18 Mei 2021, Telkomsel membeli saham GOTO dengan total 89.125 lembar saham senilai Rp 6,3 triliun, atau Rp 70 juta per lembar.
Selanjutnya, GOTO melakukan stock split, di mana jumlah kepemilikan saham Telkomsel di GOTO berubah dari 89.125 lembar menjadi 23,72 miliar lembar. Agustinus mengatakan, jika Rp 6,3 triliun dibagi 23,72 miliar, maka harga per lembar saham adalah Rp 265,5.
Adapun ketika melantai di BEI atau IPO, GOTO mengumumkan harga penawaran saham Rp 316-346 per lembar. Di sisi lain, harga saham GOTO terus turun hingga 50 persen sejak melantai menjadi Rp 194 per saham (per 13 Mei 2022).
ADVERTISEMENT
Pada 31 Maret 2022, kata Agustinus, laporan keuangan Telkom mencantumkan kerugian Rp 881 miliar pada investasi Telkomsel di GOTO.