Sampah di Indonesia Menggunung, Kenapa Industri Harus Impor untuk Bahan Baku?

9 Juli 2020 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga memperlihatkan salah satu sampah plastik impor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (9/8). Foto: ANTARA FOTO/Risky Andrianto
zoom-in-whitePerbesar
Warga memperlihatkan salah satu sampah plastik impor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (9/8). Foto: ANTARA FOTO/Risky Andrianto
ADVERTISEMENT
Pemenuhan bahan baku untuk industri daur ulang masih sangat bergantung pada impor limbah non-B3 atau sampah dengan kategori bukan bahan beracun dan berbahaya.
ADVERTISEMENT
Kenyataan tersebut kemudian menimbulkan kejanggalan tersendiri, pasalnya di dalam negeri produksi sampah juga bisa dibilang tidak sedikit. Menurut Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian LHK, Rosa Vivien Ratnawati, produksi sampah per tahun di Indonesia bahkan mencapai 65 juta ton.
"Jadi sampah di Indonesia itu jumlahnya kurang lebih 65,8 juta ton satu tahun. 15 persennya adalah sampah plastik," jelas Vivien dalam rapat bersama Komisi IV DPR membahas persoalan impor sampah ilegal, Kamis (9/7).
Komisi IV DPR sidak kontainer isi sampah impor di Priok. Foto: Dok. Dedi Mulyadi
Lantas, di tengah menggunungnya sampah di Indonesia, kenapa masih butuh sampah impor?
Menurut Vivien, alasan utamanya adalah minimnya pemilahan sampah di dalam negeri. Hal itu kemudian menyebabkan hanya sedikit dari sampah tersebut yang bisa terserap sebagai bahan baku industri.
ADVERTISEMENT
"Pertama kenapa kita mesti impor sampahnya banyak, terjadi karena pemilahannya tidak baik. Karena memang Pemda sebagai pemangku mandat dari Undang-Undang tentang sampah itu di Pemda belum mampu menyediakan pengangkutan sampah terpilah," sambungnya.
Menurutnya, sejauh ini memang sudah mulai ada upaya pemilahan lewat keberadaan bank-bank sampah. Oleh karena itu, terus memperbanyak bank sampah tersebut menjadi tugas yang mesti dijalankan Pemda.
Selain itu, menurutnya, penambahan kuantitas bank sampah itu juga perlu dibarengi oleh makin banyaknya industri yang mau menyerap sampah-sampah yang telah dipilah.
"Sementara di tempat Pak Khayam (Kementerian Perindustrian) itu menyediakan perusahaan daur ulangnya. Banyak bank sampah mati karena enggak ada pembeli sampah-sampah terpilah, itu salah satunya," pungkasnya.