Sandiaga Uno Sebut Hanya Ada 1 Cara agar Bisnis Bisa Tahan Resesi

29 Agustus 2020 13:06 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sandiaga Uno. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sandiaga Uno. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masa kuartal III akan berakhir di September, atau tinggal sebulan lagi untuk menentukan apakah Indonesia akan selamat atau masuk jurang resesi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya di kuartal II, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen. Jika di kuartal ketiga ini kembali minus, maka Indonesia akan bergabung dengan Singapura hingga AS yang terlebih dulu masuk resesi.
Pengusaha nasional Sandiaga Uno mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini sudah mencapai titik rendah. Masyarakat pun diminta bersiap jika nantinya resesi akan terjadi.
"Kita sudah rock bottom, di titik terendah ekonomi kita. There's only one way to grow up from recession (hanya ada satu cara untuk bertahan dari resesi)," ujar Sandi dalam webinar Universitas Sriwijaya, Sabtu (29/8).
Sandiaga Uno di Rest Area Tol Jakarta-Merak. Foto: Dok. Istimewa
Dia melanjutkan, hanya ada satu cara agar usaha tahan terhadap ancaman resesi, yakni mengubah model proses bisnis. Menurut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu, pelaku usaha harus mampu 'putar otak' saat ini agar bisnis tetap berjalan.
ADVERTISEMENT
"Adjust bisnis modelnya. misalnya ekspor saat ini pasar dunia terkendala, harus ke pasar dalam negeri. Produknya juga yang berbasis kebutuhan primer, makanan, kesehatan, digital, pendidikan virtual," jelasnya.
Selain itu, pelaku usaha juga diminta untuk mengubah model bisnis untuk beralih ke digital. Apalagi di tengah pandemi ini, masyarakat dituntut untuk melek teknologi.
"Enggak ada istilahnya gaptek, harus bisa. Digital marketing ini penting sekali, suatu keniscayaan di saat seperti ini," jelas dia.
Berdasarkan survei dampak pandemi COVID-19 terhadap kegiatan usaha yang dilakukan LIPI, dari 2.160 responden di 34 provinsi, sebanyak 57,1 persen usahanya tetap berjalan namun mengalami penurunan pendapatan. Sementara 39,4 persennya berhenti total.
Hanya 2,5 persen yang usahanya tidak terdampak dan 1 persen yang menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Sementara itu berdasarkan data Kemenaker per 2 Juni 2020, dari 3,05 juta karyawan, sebanyak 13,9 persennya terkena PHK, 49,6 persen dirumahkan, sementara sisanya tetap bekerja namun mengalami pemotongan gaji.
Menurut Sandi, masyarakat harus semakin bijak melihat data-data tersebut. Pelaku usaha juga diminta untuk terus mendorong kegiatan bisnisnya tetap berjalan meskipun situasi sulit.
"Bangun kemitraan, partnership. Kita harus mampu bertahan di tengah situasi saat ini," tambahnya.