Sawit Aset Nasional, Harus Dijaga Daya Saingnya dengan Minyak Nabati Lain

23 September 2021 8:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahan perkebunan sawit di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lahan perkebunan sawit di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia harus dapat memastikan sawit menjadi bagian dari aset nasional karena telah terbukti menjadi salah satu penopang utama perekonomian. Bahkan, komoditas kelapa sawit bisa membawa Indonesia menjadi penguasa perdagangan minyak nabati di pasar internasional.
ADVERTISEMENT
Akademisi IPB, Rachmat Pambudy, mengatakan perkebunan sawit adalah keunggulan komparatif Indonesia yang sebenarnya sudah berhasil menjadi keunggulan kompetitif. Perannnya dalam pembangunan nasional sangat strategis.
“Agar sawit bisa bersaing di pasar global dengan minyak nabati lain, seluruh masyarakat harus kompak mendukung dan memastikan sawit menjadi bagian dari aset nasional. Jangan sampai nanti diklaim menjadi milik negara lain. Jadi, pastikan masyarakat harus ikut menjaga kelangsungan budidaya komoditas sawit Indonesia,” ujarnya, Kamis (22/9).
Di pasar global, minyak sawit bersaing dengan minyak nabati lain yang berbahan baku jagung, kedelai, bunga matahari, serta rapeseed oil yang banyak dihasilkan negara-negara Eropa. Karenanya, sawit mendapat serangan kampanye hitam.
Rachmat mengatakan setiap industri memiliki risiko terhadap lingkungan, seperti pabrik tekstil dan jenis usaha lain. Namun dengan memenuhi prinsip sustainable development, maka risiko itu dapat dikurangi dan dampak positifnya lebih besar bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pengawasan pemerintah dan konsumen, paparnya, telah membawa industri sawit terus melakukan perbaikan. Sejak tahun 2001, perusahaan kelapa sawit sudah didorong untuk menerapkan prinsip Millenium Development Goals (MDGs) yang dilanjutkan menjadi Sustainable Development Goals (SDGs).
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Pelaku industri sawit juga telah diwajibkan mengikuti Perpres Nomor 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO).
“Ada kebutuhan kepastian dari konsumen internasional, bahwa semua perusahaan harus memberikan perlindungan kepada lingkungan, penduduk dan satwa liar. Perusahaan sawit nasional sudah berkomitmen dan terus berupaya memenuhi harapan konsumen ini,” paparnya.
Lebih lanjut, Rachmat Pambudy menjelaskan tidak mudah membangun bisnis kelapa sawit. Selain komitmen menjaga keseimbangan lingkungan, tanaman sawit juga harus dijaga agar proses pertumbuhannya baik dan bisa memberikan hasil panen maksimal.
ADVERTISEMENT
“Malaysia dan Indonesia harus bersatu menghargai diri sendiri dan saling menghargai, sehingga dunia pun akan ikut menghargai Indonesia. Petani dan perusahaan harus bekerja bersama,” ujar Rachmat lagi.
Dia menjelaskan saat ini jumlah penduduk dunia terus bertambah, sehingga kebutuhan minyak nabati juga ikut meningkat. Untuk itu dibutuhkan komoditas yang bisa memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia.
Rachmat menyebutkan sawit adalah komoditas penghasil minyak nabati yang proses produksinya lebih efisien, dari sisi penggunaan lahan, produktivitas dan dampak ke lingkungan, jika dibandingkan komoditas penghasil minyak nabati lain.