Sejak Awal 2020, Modal Asing Kabur dari Indonesia Capai Rp 149 Triliun

4 September 2020 16:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
Aliran modal asing masih diwarnai aksi jual (capital outflow) dalam beberapa hari terakhir, bahkan sejak awal tahun ini. Bank Indonesia (BI) mencatat sumber terbesar aliran modal asing yang keluar kali ini berasal dari instrumen saham, sedangkan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) masih terdapat aliran masuk.
ADVERTISEMENT
"Berdasarkan data transaksi 31 Agustus hingga 3 September 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik mencatatkan jual neto Rp 2,56 triliun," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Wodjanarko dalam keterangannya, Jumat (4/9).
Secara rinci, aliran modal asing masuk atau beli neto di pasar SBN sebesar Rp 1,57 triliun. Sedangkan aksi jual neto atau aliran keluar di pasar saham cukup besar, yakni senilai Rp 4,13 triliun.
Berdasarkan data setelmen selama 2020 atau sejak awal tahun ini hingga 3 September 2020, asing masih mencatatkan aksi jual atau melepas modal di pasar keuangan domestik sebesar Rp 149,19 triliun (ytd).
Ilustrasi dolar. Foto: Antara/Hafiz Mubarak
Meski begitu, risiko investasi di Indonesia semakin menurun. Hal tersebut terlihat dari premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun sebesar 85,72 bps per 3 September. Sebelumnya pada 28 Agustus, premi CDS sebesar 93,41 bps.
ADVERTISEMENT
Onny menegaskan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
“Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” jelasnya.