Sektor Ekonomi Kreatif Masih Sulit Dapat Pinjaman Bank

26 April 2021 12:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno saat mengunjungi Kampung Ulos Silahi Sabungan, Dairi, Sumatera Utara, Jumat (19/2). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno saat mengunjungi Kampung Ulos Silahi Sabungan, Dairi, Sumatera Utara, Jumat (19/2). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Akses permodalan bagi pelaku ekonomi kreatif masih sulit didapatkan. Hal itu karena perbankan atau lembaga keuangan kesulitan menentukan nilai bisnis dan menghitung jaminannya, serta mengukur jumlah kemampuan pengembalian pinjaman si penerima kredit di industri ini.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain mayoritas subsektor industri kreatif bersifat intangible atau tak berwujud seperti halnya sektor game.
Sekretaris Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Ahmad Rekotomo mengatakan hingga saat ini para pelaku ekraf masih mengandalkan modal sendiri untuk menjalankan usahanya.
"Sekitar 92 persen pelaku usaha ekraf masih pakai modal sendiri atau pinjaman keluarga untuk menopang usahanya. Para pelaku ekraf kesulitan untuk mendapatkan pembiayaan baik dari lembaga keuangan perbankan ataupun non perbankan," ujar Ahmad dalam Webinar Bincang Pasar Modal, Senin (26/4).
Menurut Ahmad baru sekitar 24 persen pelaku ekraf yang mendapat pembiayaan dari perbankan. Sementara itu baru 0,66 persen pelaku ekraf yang mendapat pembiayaan dari non perbankan.
"Begitu juga di pariwisata masih banyak usaha yang butuh modal usaha saat ini," ujarnya. Melihat fakta ini, Ahmad mengatakan salah satu solusi yang ditawarkan oleh Kemenparekraf pada pelaku usaha ekonomi kreatif adalah mencari sumber pendanaan lewat pasar modal.
ADVERTISEMENT
Ahmad mengatakan pihaknya hingga kini terus bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI), untuk mendampingi pelaku usaha ekraf akan bisa masuk dalam program inkubasi bursa.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno di Mandalika, Lombok, NTB. Foto: Dok. Istimewa
Harapannya para pelaku usaha ekraf ini nantinya bisa dipersiapkan untuk melantai di bursa alias menjadi perusahaan publik. Ahmad mengatakan saat ini bursa memiliki banyak program untuk mendorong usaha sekelas ekraf bisa masuk pasar modal tanpa biaya yang besar.
"Nantinya setelah IPO, dana yang dihimpun dari masyarakat selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan perusahaan misalnya meningkatkan modal kerja, membayar utang, investasi, kebutuhan akuisisi dan sebagainya," ujar Ahmad.
Selain itu menurutnya menjadi perusahaan go public juga akan memberikan sederet keuntungan bagi perseroan.
"Dengan menjadi perusahaan publik maka ekuitas perusahaan akan meningkat sehingga perusahaan punya struktur modal yang lebih optimal," ujar Ahmad.
ADVERTISEMENT