news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sektor Perhotelan Babak Belur, PHRI Minta Pemerintah Beri Subsidi Okupansi

8 September 2020 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kamar hotel Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kamar hotel Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengaku sektor perhotelan tertekan cukup dalam akibat pandemi virus corona. Stimulus yang sudah diberikan pemerintah dinilai belum mendongkrak okupansi.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal PHRI, Maulana Yusran, mengusulkan agar pemerintah memberikan bantuan berupa subsidi okupansi. Yaitu subsidi dari pemerintah sebesar 20 persen untuk membantu okupansi kamar hotel.
Adapun subsidi tersebut dapat berupa pemberian voucher kepada konsumen atau dalam bentuk lainnya.
"Kami mengusulkan subsidi 20 persen untuk okupansi selama 6 bulan. Ini kami lakukan untuk membantu modal kerja," kata Maulana dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Selasa (8/9).
Maulana membeberkan data soal okupansi hotel. Menurut dia, dalam 10 tahun terakhir rata-rata tingkat okupansi hotel sejatinya hanya menyentuh angka 50 persen. Namun dengan angka tersebut, sektor perhotelan bisa bertahan.
Saat ini mendapatkan tingkat keterisian 50 persen. Untuk itulah PHRI meminta bantuan pemerintah mensubsidi okupansi sebesar 20 persen. Sisanya, dia optimistis perhotelan bisa mengandalkan market yang ada.
ADVERTISEMENT
"Selama ini okupansi average naik 20 persenan, dengan subsidi 20 persen lagi, hotel bisa hidup. Jadi 20 persen disubsidi pemerintah, 20 persen lagi dari market yang ada,” ujarnya.
Ilustrasi new normal di hotel. Foto: Kemenparekraf
Menurut Maulana, langkah ini lebih efektif dibandingkan pembukaan pariwisata di sejumlah daerah. Sebagai contoh, pembukaan pariwisata Bali untuk wisatawan domestik, menurutnya tidak akan memulihkan sektor perhotelan setempat.
Sebab sebagian besar pengunjung hotel di Bali merupakan wisatawan mancanegara. Pangsa pasar tersebut tidak akan bisa digantikan wisatawan domestik jika tidak ada subsidi.
Bahkan menurut Maulana, subsidi okupansi ini jauh lebih efisien dibanding pemerintah memberikan stimulus lewat perbankan. Besaran subsidi diusulkan sekitar Rp 9 triliun untuk 6 bulan.
"Tanpa syarat dan berbunga. Sebab kalau bank bunga berbunga, sedangkan pandemi ini belum tahu kapan recovery-nya. Bentuknya giveaway atau famtrip yang bisa menggerakkan masyarakat ke destinasi wisata. Ini nilainya lebih kecil daripada stimulus di bank,” tandasnya.
ADVERTISEMENT