Selain AS, Negara-negara Ini juga Naikkan Suku Bunga Demi Redam Lonjakan Inflasi

6 Mei 2022 9:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mengantre di sebuah toko sayuran di Buenos Aires, Argentina, Selasa (12/4/2022). Foto: Mariana Nedelcu/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengantre di sebuah toko sayuran di Buenos Aires, Argentina, Selasa (12/4/2022). Foto: Mariana Nedelcu/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed akhirnya menaikkan suku bunga acuan semalam (overnight interest rate) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,75 persen hingga 1 persen.
ADVERTISEMENT
Kenaikan suku bunga ini menjadi yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Namun, selain The Fed, ternyata bank sentral di beberapa negara juga turut menaikkan suku bunganya, tertinggi sejak lebih dari satu dekade atau 10 tahun yang lalu.
Australia Naikkan Suku Bunga Sejak November 2010
Bank Sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,35 persen Selasa lalu, sebagai respons lonjakan harga konsumen atau inflasi. Kenaikan suku bunga ini yang pertama sejak November 2010.
Gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan ini waktu yang tepat untuk mulai menarik dukungan moneter untuk membantu ekonomi Australia selama pandemi. Dia berkata, ekonomi terbukti tangguh dan inflasi meningkat lebih cepat dari ekspektasi.
Gedung Opera Sydney terlihat dengan lampu dimatikan selama Earth Hour di Sydney, Australia, pada 27 Maret 2021. Foto: STEVEN SAPHORE/AFP
“Ada juga bukti bahwa pertumbuhan upah meningkat. Mengingat hal ini, dan tingkat suku bunga yang sangat rendah, sudah tepat untuk memulai proses normalisasi kondisi moneter,” katanya, dikutip dari CNBC, Jumat (6/5).
ADVERTISEMENT
Adapun indeks harga konsumen Australia melonjak 2,1 persen untuk kuartal pertama, melebihi ekspektasi kenaikan 1,7 persen. Pada basis tahunan, inflasi konsumen meroket 5,1 persen, tertinggi sejak 2001 dan lebih tinggi dari ekspektasi kenaikan sebesar 4,6 persen.
Lowe mengakui bahwa inflasi telah meningkat lebih dari yang diharapkan, meskipun tetap lebih rendah daripada di sebagian besar negara maju lainnya.
“Kenaikan inflasi ini sebagian besar mencerminkan faktor global. Tetapi kendala kapasitas domestik semakin berperan dan tekanan inflasi telah meluas, dengan perusahaan lebih siap untuk melewati kenaikan biaya ke harga konsumen, ”katanya.
Kenaikan harga lebih lanjut diharapkan dalam waktu dekat, tetapi karena gangguan sisi pasokan teratasi, Lowe mengatakan inflasi diperkirakan akan turun kembali ke kisaran target negara antara 2 persen hingga 3 persen.
ADVERTISEMENT
Inggris Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi dalam 13 Tahun
Senada dengan Australia, Bank Sentral Inggris, Bank of England (BOE) menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 13 tahun pada Kamis lalu. Hal ini dilakukan dalam upaya mengatasi inflasi yang melonjak.
BOE menaikkan suku bunga keempat berturut-turut sejak Desember. Komite Kebijakan Moneter Bank menyetujui kenaikan 25 basis poin dengan mayoritas 6-3, mengambil suku bunga dasar hingga 1 persen.
Gubernur BOE, Andrew Bailey, menjelaskan alasannya menaikkan suku bunga. Dia mengambil pendekatan yang lebih bertahap untuk pengetatan daripada mengikuti Federal Reserve AS dengan kenaikan 50 basis poin.
Warga usai belanja di toko Costco, Watford, Inggris. Foto: REUTERS / Paul Childs
“Alasan terdekat untuk menaikkan suku bunga bank pada saat ini bukan hanya profil inflasi saat ini dan apa yang akan datang dan tentu saja apa artinya ekspektasi inflasi yang akan datang, tetapi juga risikonya,” kata Bailey, dikutip dari CNBC, Jumat (6/5).
ADVERTISEMENT
Inflasi tahunan Inggris mencapai level tertinggi 30 tahun sebesar 7 persen pada Maret, karena harga makanan dan energi terus melonjak. Sementara itu, kepercayaan konsumen Inggris jatuh ke rekor terendah pada April di tengah kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi.
BOE memperkirakan inflasi Inggris akan meningkat menjadi sekitar 10 persen tahun ini akibat perang Rusia-Ukraina dan lockdown di China yang akan membuat harga cenderung naik lebih cepat dari pendapatan masyarakat.