Sepanjang 2020, Investor Ritel Domestik Catatkan Sejumlah Rekor di Bursa Saham

30 Desember 2020 20:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Transaksi investor ritel domestik mencatatkan sejumlah rekor tertinggi sepanjang sejarah, di bursa saham. Hal itu terungkap saat penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk 2020, yang berlangsung Rabu (30/12).
ADVERTISEMENT
Penutupan sesi terakhir di tahun 2020 itu sendiri, dilakukan oleh Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto. Dia menilai, selain vaksin corona, keberadaan investor ritel domestik di bursa saham sepanjang 2020 ini menjadi salah satu penopang pemulihan ekonomi.
"Selain vaksin COVID-19, keberadaan investor ritel domestik yang jumlahnya semakin meningkat selama pandemi, akan membantu ekonomi Indonesia pulih dan lebih stabil pada 2021," kata Airlangga Hartarto.
Masa pandemi menjadi momentum dominasi kepemilikan investor domestik, dengan jumlah kepemilikan tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Dari Rp 3.491 triliun jumlah kepemilikan saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), 50,44 persen merupakan milik investor ritel domestik, sedangkan 49,56 persen dimiliki investor asing.
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto di BEI Foto: Ela Nurlaela/kumparan
Investor ritel domestik juga mendominasi rata-rata nilai transaksi harian bursa. Data rata-rata nilai transaksi harian secara tahunan (year to date) Januari hingga November 2020 yang berjumlah Rp 8,42 triliun, sebanyak 45,9 persen di antaranya dikontribusikan oleh aktivitas transaksi yang dilakukan oleh investor ritel dan itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dominasi investor ritel domestik juga terjadi atas frekuensi transaksi di BEI. Secara tahunan frekuensi rata-rata transaksi di 2020 meningkat 31,98 persen menjadi 619.000 kali transaksi dari 469.000 kali transaksi di 2019 dan merupakan capaian tertinggi.
Airlangga Hartarto menuturkan, saat ini pemerintah terus melakukan upaya untuk pengendalian COVID-19 yang juga didukung dengan langkah-langkah untuk meningkatkan daya beli masyarakat sehingga aktivitas produksi pun menggeliat.
Investor melihat layar monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Kita melihat bahwa PMI di berbagai negara termasuk Indonesia sudah kembali di level 50,6, artinya ekonomi ini akan terus bergerak dan kami juga mendukung bahwa beberapa lembaga memberikan komentar positif terhadap UU Cipta Kerja. Bahkan juga JP Morgan memproyeksikan IHSG akan mencapai 6.800 di tahun 2021," kata Airlangga.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan dengan perencanaan vaksinasi pada 2021 mendatang diharapkan dapat mencegah perluasan kasus COVID-19 dan akan meningkatkan mobilitas masyarakat yang ujungnya tentu akan mendorong kegiatan perekonomian.
"Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 4,5-5,5 persen dan pemerintah tetap mengalokasikan dana untuk pemulihan ekonomi, juga untuk pencegahan penanggulangan COVID-19 sebesar Rp 372,3 triliun. Oleh karena itu, kami berharap bahwa kita semua bisa semangat untuk melawan pandemi COVID-19 sehingga pandemi ini bisa kita lalui bersama-sama dan kita bisa mendorong pemulihan perekonomian nasional," ujar Menko Airlangga Hartarto.