Serba-serbi Anjloknya Harga Minyak Dunia hingga Level Terendah dalam Sejarah

22 April 2020 10:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pompa minyak Arab Saudi Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pompa minyak Arab Saudi Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak dunia anjlok dalam beberapa hari terakhir. Saking dalamnya, kemarin (21/4) harga minyak berjangka WTI yang berakhir pada Mei 2020, sempat anjlok 302,57 persen menjadi minus USD 37,91 per barel, level terendah sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT
Penurunan tajam harga minyak mentah ini merupakan dampak dari merosotnya permintaan akibat pandemi corona. Berikut kumparan merangkum fakta-fakta anjloknya harga minyak:

Harga Minyak Mentah Sempat Minus, Apa Maksudnya?

Pengamat Energi dari Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan, harga minus yang terjadi di WTI merupakan harga minyak mentah lokal di Amerika Serikat. Penyebab harga jualnya bisa minus karena terjadi kelebihan pasokan produksi (over supply) dibandingkan volume yang dijual.
"Yang terjadi di sana (Amerika Serikat) sebenarnya over supply, artinya penyimpanan (storage atau tangki) sudah penuh semua, sementara produksi jalan terus sehingga ada ribuan bahkan jutaan barel enggak bertuan," kata dia saat dihubungi kumparan, Selasa (21/4).
Penuhnya tangki penyimpanan minyak mentah yang telah diproduksi karena banyak negara mengurangi pembelian. Penyebaran virus corona membuat roda ekonomi berjalan sangat lambat hingga menahan konsumsi minyak.
Harga minyak WTI sempat negatif di perdagangan bursa komoditas dunia. Foto: BP Global's Statistical Review of World Energy
Ketika tempat menyimpan sudah penuh, produsen harus bertanggung jawab mengamankan minyak mentah yang tertampung. Akhirnya, perusahaan harus menanggung biaya sewa penyimpanan yang seharusnya dalam keadaan normal tak perlu dilakukan.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, para pembeli yang ingin mengimpor minyak WTI dari AS justru dibayar oleh penjualnya. Itulah yang menyebabkan harganya minus.
"Sehingga minusnya semacam membayar biaya sewa, silakan ambil, saya (produsen) udah enggak bisa tanganin. Minimal (penjual) kasih biaya storage karena kalau enggak ada yang beli, mereka simpan sendiri yang biaya storage-nya lebih mahal. Kan itu tanggung jawab produsen, nanti ada tanggungjawab lingkungan, amdal, ketika minyak tidak tertampung," jelas Komaidi.

Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

Komaidi mengatakan, minusnya harga minyak WTI pada penjualan berjangka Mei 2020 akan berpengaruh pada harga minyak mentah lain, termasuk minyak Brent yang menjadi acuan dari Harga Acuan Minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/IPC). Sebab WTI merupakan salah satu subtitusi dari minyak mentah jenis lain.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini, kata Komaidi, seharusnya bisa dimanfaatkan Indonesia dengan impor besar minyak dari AS sebab hanya perlu membayar biaya angkutnya saja. Sayangnya, tangki di Indonesia tak banyak, jadi tak bisa menyimpan minyak mentah dalam jumlah besar.
PT Pertamina (Persero) yang menjadi BUMN perminyakan hanya bisa menyimpan bahan baku BBM ini untuk 22 hari ke depan. Sedangkan kalau mau menyewa tangki dari negara lain, hampir mustahil dapat karena dipastikan semua penuh.
"Tapi kan kita enggak punya storage, jadi bingung simpan di mana. Dari dulu kan masalah kita minim infrastruktur. Karena itu, kita enggak punya cadangan banyak, cadangan minyak nasional itu kan cuma Pertamina stoknya hanya untuk 22 hari," terang dia.
Petugas mengisi bahan bakar pertamax di SPBU Pertamina. Foto: Dok. Pertamina
Meski harga minyak dunia berbagai jenis terus turun, Komaidi mengatakan, akan terjadi titik keseimbangan baru asal Amerika Serikat mau menghentikan produksi.
ADVERTISEMENT

Harga Minyak Sempat Minus, Eks Wamen ESDM Sarankan RI Impor Besar-besaran

Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar angkat bicara mengenai rendahnya harga minyak dunia ini. Menurut Arcandra, Indonesia sebagai salah satu konsumen minyak terbesar di Asia setelah China dan India harus memanfaatkan momentum ini.
"Bagaimana peluang Indonesia jika harga minyak dunia turun seperti sekarang? Di sejumlah negara konsumen minyak besar, dalam situasi ini mereka akan cenderung melakukan kontrak jangka panjang dengan produsen minyak. Harga dan jangka waktu delivery-nya bisa diatur," kata Arcandra Tahar seperti dikutip kumparan dari akun Facebook resminya, Selasa (21/4).
Mantan Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Ia menyarankan Indonesia untuk membuat kontrak pembelian minyak untuk jangka panjang di saat harga sedang rendah seperti saat ini. Tapi memang ada kendalanya, tempat penyimpanan minyak di Indonesia kapasitasnya terbatas. Indonesia hanya bisa menyimpan minyak untuk kebutuhan selama 22 hari.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah ini, Arcandra menyarankan agar Indonesia mengakalinya dengan mengatur waktu pengiriman. Minyak yang dibeli jangan dikirim dalam waktu bersamaan, dijadwalkan supaya storage tidak penuh.
"Kalau punya storage yang banyak, tentu minyak yang dibeli bisa langsung dikirimkan. Sebaliknya jika storage-nya terbatas dan sudah penuh, kontrak pembelian bisa tetap dilakukan. Tentunya kita bisa menentukan kapan delivery time dari crude oil tersebut. Harganya pun akan tetap menguntungkan," tuturnya.

Harga BBM Indonesia Diklaim Lebih Murah dari Filipina hingga Vietnam

Pemerintah tidak kunjung menurunkan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi. Padahal, harga minyak dunia kian terpuruk hingga sempat negatif USD 37,91 per barel untuk harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang berakhir Mei.
ADVERTISEMENT
Anjloknya harga minyak dunia ini direspons pemerintah Malaysia dengan menurunkan harga BBM. Dikutip dari imoney.my, BBM RON 95 atau yang setara Pertamax Plus, pekan ini dipatok di harga 1,25 ringgit atau Rp 4.420 per liter.
Harga itu jauh lebih murah dibanding BBM jenis Premium (RON 88) di Indonesia yang masih dijual Rp 6.450 per liter. Sementara BBM RON 97 di Malaysia, dijual 1,55 ringgit atau sekitar Rp 5.473 per liter. Jauh lebih murah dengan BBM Pertamax Turbo dengan RON 98 yang harganya Rp 9.850 per liter.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Rabu (6/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, keputusan penurunan harga BBM sepenuhnya ada di tangan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Untuk Malaysia, dia mengakui jika harganya lebih murah dibandingkan Indonesia. Akan tetapi, jika disandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara, harga BBM di Tanah Air jauh lebih murah.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita bandingkan dengan standar USD (dolar AS), untuk gasoline price ini USD 0,49 atau Rp 7.650 per liter. Di negara lain seperti Filipina, Kamboja, Thailand, Singapura, Laos, Vietnam itu lebih mahal," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI, Selasa (21/4).
Sedangkan untuk harga BBM diesel, kata Nicke, Indonesia bahkan paling murah dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Harga BBM diesel yang dijual Pertamina USD 0,03 per liter, sedangkan Malaysia lebih tinggi yakni USD 0,52 per liter.

Kebijakan Jonan Diganti, Kebijakan Baru Menteri ESDM Bikin Harga BBM Tak Turun

Di Indonesia, harga BBM yang berlaku saat ini masih mengacu pada penetapan harga di awal Februari 2020. Sudah lewat dua bulan, harga BBM di Indonesia tak turun mengiringi penurunan harga minyak di pasar dunia.
ADVERTISEMENT
Hingga awal Februari, penetapan harga BBM masih mengacu ke Kepmen ESDM No. 187K/10/MEM/2019 yang diteken pada 7 Oktober 2019 oleh Menteri ESDM saat itu, Ignasius Jonan.
Dalam aturan yang mulai efektif berlaku pada 1 Januari 2020 itu, konstanta batas atas formula harga jual BBM jenis RON di bawah 95 dan Minyak Solar CN 48, yang semula Rp 2.542 per liter, diturunkan jadi hanya Rp 1.000 per liter.
Sedangkan formula penghitungan harga BBM RON 95 ke atas dan Minyak Solar CN 51, konstanta juga diturunkan Jonan dari semula Rp 3.178 per liter menjadi Rp 1.200 per liter.
Konstanta ini, merupakan salah satu komponen penghitungan harga BBM di Indonesia, selain harga minyak di Singapura (MOPS, Mean of Platts Singapore), ditambah marjin keuntungan bagi badan usaha sebesar 10 persen.
ADVERTISEMENT
Dengan penurunan konstanta yang signifikan dalam formula tersebut, harga BBM di awal 2020 bisa turun, meskipun saat itu harga minyak dunia sempat naik. Karena kenaikannya terkompensasi oleh penurunan konstanta.
Sehingga pada awal 2020, harga BBM di Indonesia sempat dua kali mengalami penurunan. Yakni di awal Januari dan awal Februari. Penurunan dilakukan seluruh badan usaha penjual BBM, yakni Pertamina, Shell, Total, BP, dan AKR.
Ilustrasi BBM. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Baru berlaku kurang dari dua bulan, Kepmen ESDM yang diteken Jonan itu dianulir. Menteri ESDM Arifin Tasrif menerbitkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No 62K/MEM/2020 tertanggal 28 Februari 2020.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, menyebut perubahan Kepmen tersebut membuat formula perhitungan harga BBM berubah.
ADVERTISEMENT
“Ternyata formula harga BBM bukan lagi harga dasar seperti sebelumnya. Tapi berbasis pada harga minyak di Singapura (MOPS). Dari dulu mafia bermain dari formula berbasis MOPS,” tulis Said Didu di akun twitter pribadinya, Minggu (19/4).
Dalam Kepmen tersebut, harga BBM Indonesia dihitung mengacu pada MOPS (Mean Of Platts Singapore). Adapun formulasinya adalah:
Sampai RON 92: harga MOPS + Rp 1.800 (naik dari sebelumnya Rp 1.000) + marjin 10 persen
Di atas RON 92: harga MOPS + Rp 2.000 (naik dari sebelumnya Rp 1.000 dan Rp 1.200) + marjin 10 persen
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona
ADVERTISEMENT