Siap-siap Ekonomi RI Masuk Fase Sangat Berat, Pertumbuhan Bisa Minus 0,4 Persen

6 Mei 2020 15:14 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Sri Mulyani Foto: dok. kemdikbud.go.id
zoom-in-whitePerbesar
com-Sri Mulyani Foto: dok. kemdikbud.go.id
ADVERTISEMENT
Perekonomian Indonesia diprediksi akan memasuki era sangat berat akibat virus corona. Ini berarti tekanan bertambah setelah sebelumnya pemerintah memberlakukan skenario berat.
ADVERTISEMENT
Dalam skenario berat, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun mencapai 2,3 persen. Sementara dalam skenario sangat berat, ekonomi berpotensi minus 0,4 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya memproyeksi ekonomi domestik bisa tumbuh 4,5-4,9 persen (yoy) di kuartal I 2020. Namun realisasinya, pertumbuhan ekonomi hanya 2,97 persen.
Angka ini melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,07 persen (yoy), bahkan di luar proyeksi pemerintah maupun analis.
Sri Mulyani menjelaskan, kondisi ekonomi di kuartal II 2020 akan semakin berat. Mengingat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga diperluas ke sejumlah wilayah lainnya di Pulau Jawa, yang akan memukul konsumsi masyarakat.
"Ilustrasi yang kita hadapi dalam melihat ekonomi kita di kuartal II dan kemungkinan berlanjut di kuartal III, sehingga masuk skenario sangat berat mungkin terjadi, dari 2,3 persen menjadi minus 0,4 persen," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja virtual dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5).
ADVERTISEMENT
Menurut dia, skenario sangat berat itu terjadi jika di kuartal III dan IV nanti perekonomian domestik belum mengalami pemulihan. Hal itu juga bisa terjadi jika kebijakan PSBB dinilai tak berdampak pada pengurangan jumlah terinfeksi COVID-19.
"Kalau kuartal III dan IV tidak mampu recover atau pandemi timbulkan dampak lebih panjang di kuartal II dan III penuh, di mana PSBB belum ada pengurangan, kalau itu dilakukan kita masuki skenario sangat berat," jelasnya.
Konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama perekonomian juga merosot menjadi hanya 2,84 persen (yoy) di kuartal I 2020.
Ada pun andil konsumsi rumah tangga ini senilai Rp 9.000 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dan 55 persennya atau lebih dari Rp 5.000 triliun berada di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
"Kalau dari Rp 9.000 triliun, Rp 5.000 triliun di Jawa dan mereka mengalami kontraksi, maka kalau pun ada bansos Rp 110 triliun tidak bisa subtitusi penurunan konsumsi dari Rp 5.000 triliun tersebut," kata Sri Mulyani.
Meski demikian, Sri Mulyani berharap stimulus fiskal yang diberikan pemerintah bisa memberikan bantalan yang cukup bagi perekonomian.
"Dari sisi percepatan penggunaan dalam rangka menjaga masyarakat, social safety net, bansos meluas, pemerintah cover minimal 3 bulan, bahkan sampai 6 bulan dan 9 bulan sampai Desember. Kita harap ini cukup beri bantalan sosial, tidak berarti substitusi angka konsumsi yang Rp 5.000 triliun di Jawa dan Jabodetabek, namun bisa kurangi mereka yang terdampak PHK dan kehilangan pekerjaan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Sri Mulyani memaparkan skenario ekonomi sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Dalam skenario berat, pertumbuhan ekonomi diperkirakan 2,3 persen di tahun ini. Sementara skenario sangat berat, ekonomi diperkirakan minus 0,4 persen.
Dari sisi nilai tukar rupiah diprediksi mencapai Rp 20.000 per dolar AS dalam skenario sangat berat. Sementara skenario berat kurs bisa mencapai Rp 17.500 per dolar AS di tahun ini.
Proyeksi tersebut juga lebih tinggi dari target dalam APBN 2020 yang hanya Rp 14.400 per dolar AS.
Sri Mulyani dan Jokowi Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Inflasi pun diproyeksi meningkat hingga 5,1 persen di tahun ini untuk skenario sangat berat dan 3,9 persen untuk skenario berat. Angka ini juga jauh di atas target sebesar 3,1 persen dalam APBN 2020.
ADVERTISEMENT
Secara rinci, konsumsi rumah tangga dalam skenario sangat berat akan anjlok menjadi 1,6 persen di tahun ini dan skenario berat hanya 3,22 persen. Dalam APBN 2020, konsumsi rumah tangga ditargetkan 5,0 persen.
Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) diperkirakan juga anjlok menjadi -1,91 persen untuk skenario terburuk dan -1,78 persen untuk skenario berat.
Konsumsi pemerintah diperkirakan hanya tumbuh 3,73 persen di skenario terburuk, dari target dalam APBN 2020 sebesar 4,3 persen.
Laju investasi juga diperkirakan turun menjadi 4,22 persen dalam skenario terburuk, dari target dalam APBN 2020 sebesar 6 persen.
Ekspor bahkan diperkirakan -15,6 persen dalam skenario terburuk tahun ini, dari target dalam APBN 2020 sebesar 3,7 persen.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan impor yang turun hingga menjadi -16,65 persen, dari target dalam APBN 2020 sebesar 3,2 persen.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.