Wawancara khusus Mendag

Siasat Zulhas Mau Bikin Surplus Neraca Perdagangan Pecah Rekor

3 Oktober 2022 12:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wawancara khusus kumparan bersama Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wawancara khusus kumparan bersama Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Sinyal optimisme ditunjukkan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat membicarakan perkembangan neraca perdagangan Indonesia. Sosok yang akrab disapa Zulhas yakin neraca perdagangan bakal terus melonjak dan mencetak rekor baru.
ADVERTISEMENT
Keyakinan Zulhas agaknya bukan bualan semata. Apabila melihat data, neraca perdagangan Indonesia pada 2021 mencapai USD 35,34 miliar dan menjadi rekor surplus tertinggi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
Sementara itu, capaian neraca perdagangan Indonesia pada Januari sampai Agustus 2022 saja secara kumulatif surplus USD 34,92 miliar. Padahal, di 2022 yang belum dihitung angkanya masih ada September, Oktober, November, dan Desember.
Dalam wawancara khusus kumparan, ia dengan percaya diri menyatakan surplus akan melebihi tahun 2021. “Dengan tingginya surplus perdagangan Januari sampai Agustus 2022, Indonesia diperkirakan dapat menciptakan rekor surplus perdagangan melebihi 2021,” kata Zulhas.
Adapun khusus pada Agustus 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan surplus USD 5,76 miliar. Surplus di Agustus dihasilkan oleh perdagangan nonmigas sebesar USD 7,74 miliar dan defisit perdagangan migas USD 1,98 miliar.
ADVERTISEMENT
Zulhas mengungkapkan, ekspor pada Agustus mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan nilai mencapai USD 27,91 miliar, melewati rekor pada April 2022 lalu senilai USD 27,32 miliar.
Kalau dibandingkan dengan Juli 2022 (MoM), ekspor Indonesia di Agustus meningkat 9,17 persen. Ekspor nonmigas meningkat sebesar 8,24 persen dan ekspor migas naik sebesar 25,59 persen. Selain itu, jika dibanding Agustus tahun lalu, ekspor meningkat 30,15 persen.
“Jadi sudah beberapa bulan ini rekor ekspor kita 10 persen tinggi terus dan ini tertinggi,” ungkap Zulhas.
Seperti halnya ekspor, impor Indonesia juga tercatat mengalami kenaikan sebesar USD 22,15 miliar. Terdapat kenaikan sebesar 3,77 persen dibanding Juli, dan kenaikan 32,81 persen dibanding Agustus tahun lalu.
Capaian tersebut dipicu naiknya impor nonmigas sebesar 9,23 persen (MoM), sementara impor migas turun 16,92 persen (MoM). Impor tertinggi dialami barang konsumsi yang nilainya naik 12,27 persen (MoM), diikuti barang modal 18,14 persen (MoM), dan bahan baku per penolong 0,35 persen (MoM).
Kapal tunda memandu masuknya sebuah kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/8). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Zulhas menjelaskan pada tahun ini ekspor nonmigas Indonesia ditargetkan tumbuh 0,8 persen sampai 1,2 persen dari pencapaian ekspor nonmigas Indonesia pada 2021 yang senilai USD 219,3 miliar. Sementara itu, neraca perdagangan barang pada tahun ini ditargetkan mencapai USD 31,4 miliar sampai USD 31,7 miliar.
ADVERTISEMENT
Hingga periode Januari sampai Agustus 2022, ekspor nonmigas Indonesia mencapai USD 183,73 miliar atau sekitar 83,78 persen dari ekspor nonmigas tahun 2021.
“Dengan memperhatikan kinerja ekspor sampai dengan bulan Agustus 2022, Kemendag optimis target ekspor non migas sebesar 1,2 persen akan tercapai, bahkan pertumbuhan ekspor non migas di tahun ini diperkirakan dapat tumbuh lebih dari 20 persen. Oleh karena itu, Kemendag juga yakin bahwa target surplus neraca perdagangan tahun ini akan tercapai,” ujar Zulhas.

Terus Genjot Potensi Ekspor

Zulhas mengungkapkan komoditas yang menjadi penyokong surplus neraca perdagangan terbesar pada Januari-Agustus ini, antara lain bahan bakar mineral atau batu bara (HS 27) mencapai USD 31,78 miliar, CPO dan produk turunannya (HS 15) USD 22,88 miliar, Besi dan Baja (HS 72) USD 9,11 miliar. Bijih, Terak, dan Abu Logam (HS 26) USD 5,92 miliar, dan Alas Kaki (HS 64) USD 4,63 miliar.
ADVERTISEMENT
Zulhas memperkirakan batu bara dan produk sawit masih menjadi komoditas utama ekspor dan penyumbang surplus perdagangan Indonesia untuk 2022. Untuk itu, ia memastikan akan menggenjot segala potensi perdagangan komoditi tersebut.
Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Apalagi, kata Zulhas, ada peningkatan permintaan dunia pada kedua komoditas tersebut karena harganya yang bersaing dengan substitusinya, khususnya di masa krisis energi dan pangan global saat ini.
“Kita memang masih sebagian besar (penyokongnya) sumber daya alam ada batu bara, CPO, tetapi yang lain juga mulai. Sekarang kita juga sudah mulai tekstil, pakaian muslim, kemudian hasil produksi pertanian lainnya, ada sepeda motor dan lain-lain sudah mulai. Tetapi masih didominasi oleh sumber daya alam, CPO yang besar,” tutur Zulhas.

Gugatan Uni Eropa ke WTO Tak Jadi Soal

Di tengah upaya menggenjot perdagangan dengan memanfaatkan sumber daya alam, Indonesia saat ini sedang menghadapi gugatan Uni Eropa ke World Trade Organization (WTO) terkait kebijakan larangan ekspor bahan mentah nikel yang diterapkan Pemerintah Indonesia sejak 1 Januari 2020 silam.
ADVERTISEMENT
Zulhas tidak heran kebijakan tersebut digugat ke WTO. Apalagi, kata Zulhas, potensi sumber daya alam Indonesia sangat besar. Ia menjelaskan nikel dan sumber daya alam lainnya sedang difokuskan untuk hilirisasi.
“Luar biasa itu pertambangan nilainya, puluhan kali lebih besar daripada sekadar kita menjual tanah air. Oleh karena itu kita dukung penuh, rakyat juga senang, atas keputusan presiden untuk memberikan hilirisasi, sehingga memberikan nilai tambah yang luar biasa. Memang ada aturan dari WTO itu melarang itu nggak boleh. Itu lah kita digugat,” terang Zulhas.
Foto udara aktivitas pengolahan nikel (smelter) yang berada di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial (VDNI) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara. Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Mengutip dari laman resmi WTO, dijelaskan perkembangan terbaru sidang panel terakhir pada November 2021. Pada 1 November 2021, Ketua panel memberi tahu Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) bahwa sesuai jadwal yang diadopsi sejauh ini setelah berkonsultasi dengan para pihak. Panel memperkirakan akan mengeluarkan laporan akhirnya kepada para pihak pada kuartal terakhir tahun 2022.
ADVERTISEMENT
"Komunikasinya, ketua panel memberi tahu DSB bahwa laporan itu akan tersedia untuk umum setelah diedarkan kepada anggota dalam ketiga bahasa resmi, dan tanggal peredaran tergantung pada penyelesaian terjemahan," seperti dikutip dari laporan WTO.
Berdasarkan Pasal 12.9 Kesepahaman Tentang Aturan dan Tata Cara Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Understanding (DSU), menetapkan bahwa ketika panel menganggap tidak dapat mengeluarkan laporannya dalam enam bulan, harus menginformasikan kepada DSB secara tertulis dan menunjukkan alasannya, bersama dengan perkiraan periode di mana ia akan mengeluarkan laporannya.
Adapun panel yang dimaksud adalah panel yang dibentuk oleh DSB sesuai permintaan Uni Eropa sebagai penggugat dalam dokumen WT/DS592/3, sesuai dengan Pasal 6 DSU.
Negara-negara yang tergabung adalah Brasil, Kanada, Cina, Jepang, Korea, India, Federasi Rusia, Kerajaan Saudi Arabia, Singapura, Cina Taipei, Turki, Ukraina, Uni Emirat Arab, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Zulhas tidak mau buru-buru bereaksi mengenai kemungkinan kalah dari gugatan di WTO. Ia masih menunggu hasil yang rencananya akan diumumkan pada Oktober 2022 atau dalam waktu dekat ini.
“Digugat itu nanti kita tunggu saja hasil panelnya, bagaimana nanti kalau kalah? Kita tunggu dong, belum ada kok. Nanti kalau kalah atau menang kita tunggu, baru kita cari langkah-langkah lainnya yang bisa dilakukan. Sudah saya antisipasi, kalau mau begini-begini orang belum diputuskan kok. Tunggu saja finalnya,” tutur Zulhas.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten